Empat Wanita Iblis (Bagian 1)

Di sebuah basement gedung tua yang terpencil di tengah hutan, seorang pria hidung belang bernama Endy terbangun dengan kepala pening dan tubuh terikat erat membentuk huruf X di atas meja operasi yang sudah berkarat. Tali-tali kasar menggigit pergelangan tangan dan kakinya, membuatnya hampir tak bisa bergerak. Endy masih bisa mendongakkan lehernya yang tak terikat. Dia melihat tubuhnya sudah telanjang bulat. Penisnya bergelayut layu di depannya 

Namun di kejauhan, cahaya redup dari puluhan lilin yang menempel di dinding ruangan menerangi dua sosok wanita telanjang yang membawanya dalam situasi ini.

Walau samar, Endy menyadari salah satu sosok wanita itu. Dia adalah Aling, seorang wanita panggilan yang akan disewanya untuk bercinta dengannya di apartenen. Namun di dalam kamar, ketika lampu dimatikan dan Endy akan bersiap untuk melepas pakaiannya, mendadak dari belakang Endy langsung dibius kloform oleh Aling. Endy yang lengah tak sempat melawan dan langsung tak sadarkan diri. 

Aling lalu menyeret Endy ke parkiran basement melalui elevator dimana Mei Zu sudah menunggu dengan mobilnya. Di tengah malam itu, mereka pun membawa mangsanya itu ke gedung basecamp mereka untuk menyiksanya.

Sekarang, di atas meja operasi itu Endy menyesali perbuatannya dan mendapat pelajaran bahwa wanita panggilan bisa sangat berbahaya.

Walau dalam ketakutan, Endy tak bisa menahan matanya jelalatan melihat tubuh bugil mereka sangat merangsang dan indah penuh lekukan. Payudara mereka juga sangat kencang dan ranum, melengkapi kecantikan buas wajah mereka.

Aling lalu mendekati Endy, yang masih asyik memandangi setiap jengkal tubuh penyiksanya.

"Endy, sayang," sapa Aling dengan suara manis yang kontras dengan tatapan predatornya. "Kamu sangat sial bertemu dengan kami. Tak ada seorang pria pun keluar hidup-hidup setelah disekap di sini."

Mei Zu: Endy, lu adalah mangsa ke-50 kami. Untuk merayakannya, kami akan memastikan matimu sangat menderita ahahaha!

Endy mulai berkeringat dingin dan berteriak memohon ampun pada kedua wanita pemangsa itu, tapi permohonannya hanya dibalas dengan tawa iblis kedua psikopat itu. Walau libidonya sangat tinggi, Endy merasa sangat ketakutan. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin membasahi dahinya. Dia pun memberanikan diri mengancam.

Endy: BANGSAT!! SEMUA ORANG BAKAL TAHU KEJAHATAN KALIAN!

Mei Zu melangkah mendekat. Dari jarak dekat, Endy melihat betapa cantiknya wajah Mei Zu dan seksinya tubuh telanjangnya sehingga Endy tak bisa menahan nafsu lelakinya bangkit.

PLAK!!

Mei Zu menampar keras pipi Endy. Mei Zu juga memainkan tangannya di paha dekat kemaluan Endy, dan membuat jantung Endy berdegup kencang.

Mei Zu: Elu akan jadi kerangka di ruangan ini. Takkan ada yang tahu elu masih hidup atau mati, sama seperti mangsa-mangsa kami sebelumnya ahahahaha...

Entah kenapa, ancaman Mei Zu malah terdengar erotis di telinga Endy. Dia merasakan batangnya perlahan berdiri.

Aling: Lihat kak Mei Zu, batangnya tegak. Uuuhhh... Tapi kemaluan cowok ini masih kecil begitu... Aku mau liat penis dia membesar, kak.

Mei Zu lalu memerintahkan Endy untuk menegangkan penisnya.

Mei Zu: Heh! Lu denger kan kata teman gua, ayo cepat berdirikan penis lu, kalau nga gua potong!

Gabungan antara rasa takut dan libido yang belum tersalurkan menyatu di dalam tubuh Endy dan membuat aliran darahnya berdesir. Endy lalu mencoba menegangkan batangnya sampai batang itu benar-benar berdiri.

Aling: Aihh... Kok tetep kecil banget penis kamu, sayang. Ini sudah paling besar? Sini aku mainin.

Aling lalu mendekat ke Endy. Kedua tangannya memainkan sebentar kemaluan Endy, sambil sesekali mengocok dan mengulum batang penis mangsanya itu. Endy hanya bisa terus menatap Aling dengan penuh teror, namun juga nafsu, merasakan kemaluannya dimainkan dengan agresif oleh wanita secantik dan seseksi Aling.

Selang beberapa menit dirangsang Aling, batang penis Endy sudah tegang sempurna. Rangsangan konstan Aling membuatnya merem melek keenakan. Endy sudah bersiap akan ejakulasi, namun tiba-tiba Aling mendesah kecewa dan meninju sekuat-kuatnya biji pelir Endy.

POK!

POK!

POK!

Terdengar bunyi nyaring pukulan-pukulan Aling bergema di ruangan itu

Endy: GGYYAAHHH!! ARRGGHHHHH!!

Endy langsung meronta ingin menghindari pukulan bertubi-tubi Aling. Pandangan Endy langsung berkunang-kunang. Perutnya mual dan ingin muntah.

Aling baru berhenti ketika melihat ereksi Endy mengecil.

Aling: Cowok banci gini ga pantes dapet kenikmatan, kak Mei Zu. Sudah maksimal pun, kemaluannya tetap terlalu kecil. Ayo kita mulai siksa saja dia.

Mei Zu tersenyum sinis mendengar permintaan Aling. Dia lalu mengambil suntikan berisi cairan merah misterius dari atas kursi di sebelah meja operasi.

Mei Zu: Heh cowok lemah! Lu liat cairan ini? Cairan ini khusus gua berikan ke cowok yang kita berdua ga suka. Rasa sakit akibat cairan ini akan membawamu ke neraka ahahaha!

Endy mulai meronta dan menggeliat. Dia merasakan ketakutan mendengar ultimatum Mei Zu namun libido Endy terasa dalam posisi mengalahkan rasa takutnya. Lenguhan dan desahan Endy tak bisa dikontrol ketika Mei Zu mulai meraba-raba kemaluannya.

Mei Zu: Cairan ini yang akan gua suntikkan akan membuat kemaluan lu iritasi berat dan memicu peradangan hebat. Ereksi lu akan serasa begitu sakit seperti batang lu dicabut hahaha!"

Tangan kiri Mei Zu lalu meremas biji pelir Endy dan tangan kanannya menyuntikkan isi jarum suntikan itu ke biji pelir Endy.

Endy: HHHHHYYYYAAAHH!!

Setelah cairan itu terpakai setengah, Mei Zu lalu berhenti menyuntik.

Sekarang dia lanjut menyuntikkan setengahny lagi ke ujung saluran urethra Endy.

Endy: GGGYYAHHH!

Endy kembali menjerit.

Mei Zu: Beberapa jam lagi, cairan itu akan membuat radang hebat di saluran urethra dan biji pelir lu. Sementara menunggu, elu kita tinggal di sini.

Mendengar perkataan dingin Mei Zu, Endy pun mulai memohon sambil terisak.

Endy: "Tolong... Gua salah apa sama kalian? Gua minta belas kasihan elu. Gua mau jadi budak kalian."

Mei Zu: "Hahaha... Elu ga salah apa-apa, cuma sial saja karena disekap oleh kami. Tak ada gunanya memohon. Kami ga butuh budak, lagian elu udah jadi mayat paling lama besok. Malam ini kami tidur di sebelah sampai cairan radangku bekerja, sekaligus menunggu kedua temanku lagi datang besok pagi."

Aling: "Selamat tidur, sayang. Kami ke ruang sebelah dahulu."

Aling pun lalu mematikan lampu sehingga ruangan itu gelap gulita. Mereka dengan dingin meninggalkan Endy yang terus menjerit-jerit minta ampun di ruangan itu.

______________________

Esok paginya...

Kedua wanita psikopat itu kembali ke ruangan operasi itu. Kedua wanita psikopat itu cekikian melihat batang penis Endy sudah memerah dan ujungnya mengeluarkan nanah dan darah. Jembut Endy sampai belepotan darah dan nanah dari radang tersebut.

Mei Zu lalu mendekati Endy yang sedang menahan sakit semalaman. Dia tak bisa tidur sama sekali merasakan panasnya cairan radang Mei Zu.

Mei Zu: Cowok, sakitmu semalam belum seberapa. Hari ini kami akan menyiksamu sampai mati.

Endy menangis dan mengiba pada Mei Zu agar jangan membunuhnya. Namun tentu saja semuanya sia-sia.

Mei Zu: Temen gua akan mulai menunjukkan elu neraka di ruangan ini. Ayo, Aling. Perkosa cowok ini sambil nunggu Fei Lin dan Fang-Fang datang. Aku mau menyiapkan makanan dulu untuk nanti kita makan setelah kita selesai dengan cowok ini. Aling: Oke, kak Mei Zu.

Mei Zu: Kamu mampetin dulu saluran kencingnya dengan lem besi ini supaya tak ada nanah dan darahnya bisa keluar ngotorin vagina kamu. Aling menerima lem besi itu dengan mata berbinar. Lalu dia berjalan mendekati Endy. Endy meronta-ronta ketakutan sambil menangis dan memohon agar Aling jangan membuat mampet penisnya. Tapi tentu saja permohonnnya sia-sia di depan para wanita psikopat itu. Aling pun menempelkan botol lem besi itu ke ujung urethra Endy yang bernanah dan berdarah itu. Dipencetnya seluruh isi lem besi itu masuk ke dalam saluran kencing Endy. Sensasi dingin dan lengket menjalar di kemaluan Endy. Lalu Aling memencet-mencet batang Endy untuk memastikan lem besi itu terekat sempurna. Darah dan nanah yang berkumpul di batangnya sudah merekat erat ke dinding saluran kencingnya.

Aling tersenyum senang diberi kepercayan oleh Mei Zu. Sementara Endy berkeringat dingin dan terus menjerit ketakutan dan menangis karena membayangkan rasa sakit yang akan dirasakaannya nanti.

Aling lalu menatap wajah Endy dan tersenyum. Sorot matanya mulai menunjukkan kebengisan. Aling: Nah, sayang. Ayo kita mulai bercinta. Mulut Aling pun mendekati ke kemaluan Endy. Tanpa rasa jijik, Aling mulai melakukan blowjob pada penis Endy. Nanah dan darah yang tersisa di jembut dan sekitar kemaluan Endy itu dihisap habis oleh Aling. Endy: GGYYAAHHH!! Endy mulai merasakan penisnya sakit di tiap hisapan Aling. Endy merasakan darah dan nanah terus keluar dari tapi mampet di saluran kencingnya penisnya.

Aling juga tak lupa meremas-remas biji pelir Endy dan memencet saluran urethra Endy yang juga sudah meradang.
Endy: STOPPP!! STOPP! GUA MOHOON! HYAHH! Tak berapa lama, batang penis Endy tanpa bisa ditahan perlahan ereksi di dalam mulut Aling. Benar saja, makin batang Endy ereksi, makin sakit saluran kencing Endy. Radang di dalam saluran urethra dan biji pelirnya benar-benar menyerang seluruh saraf sensoriknya, menciptakan rasa sakit yang tak terkatakan. Endy: GGYAAHHH!! GYAAHH!! GGYAHHH!! Endy terus meronta sambil menangis karena rasa sakit yang seperti neraka. Penisnya terasa ditusuk ribuan jarum dan skrotumnya terasa terbakar. Setelah penis Endy tegang sempurna, Aling lalu melepaskan kulumannya. Aling lalu tersenyum senang melihat mangsanya begitu kesakitan merasakan ereksinya yang sakit seperti neraka. Endy: SAKKIIITTT!! SAKIITT!! AARRGGHH!

Lem besi itu menahan seluruh cairan nanah dan darah di saluran urethra Endy dan makin menambah rasa sakit akibat radang itu. Aling: Hihi... Sekarang batang kecil kamu sudah lumayan besar dan siap aku pakai, kak.

Aling lalu mulai menaiki badan Endy dan memasukkan penis tegang Endy ke liang kenikmatannya. Setelah masuk, perlahan Aling mulai menggoyangkan vaginanya mencari kenikmatan, lalu mulai menggenjot penis malang itu. Makin lama gerakannya makin cepat. Endy: GGGGYAAHHH!! AMMPPUUNNN!! AMPUNNN!! GYYAHHHH!!
Jepitan kuat otot vagina Aling makin meremas radang di saluran urethranya dan membuat Endy hampir pingsan karena rasa sakit.
Namun tanpa belas kasihan, Aling terus menggenjot mangsanya itu sambil terus tertawa histeris. Jeritan Endy terdengar sampai dapur tempat Mei Zu memasak. Mei Zu juga tertawa histeris mendengar jeritan Endy dan vaginanya mulai basah membayangkan penderitaan Endy disiksa Aling.

Postingan populer dari blog ini

Disiksa 4 Sekawan (Bagian 3)

Disiksa 4 Sekawan (Bagian 4)

Himari Sang Ratu Kunoichi (Bagian 3)