Himari Sang Ratu Kunoichi (Bagian 4)
Klan Himari bukan hanya memiliki anggota dewasa, namun juga anak kecil. Kunoichi cilik pertama yang dinamakan Tomoe oleh Hikari. Tomoe ditemukan Himari tersesat sendirian di hutan.
Melihat gelap dan dinginnya mata Tomoe, Himari melihat potensi Tomoe dan berharap Tomoe akan menjadi pembunuh cilik yang hebat. Oleh karena itu, walau Tomoe masih berusia 10 tahun kala itu, dia dilatih dengan intens oleh Himari sampai menjadi mesin pembunuh.
_____________________________
Beberapa bulan sudah berlalu dari waktu ditemukannya Tomoe...
Suatu malam, para kunoichi senior berhasil menyekap seorang mangsa pria di dalam sarang mereka. Pria malang ini tertangkap basah sedang mencuri di dalam salah satu ruangan di sarang mereka.
Pria bernama Manabu ini begitu ketakutan ketika menyadari dirinya sedang berada di sarang kunoichi itu. Rumor mengatakan tak ada pria yang berhasil keluar dari sana hidup-hidup.
Himari lalu memutuskan nasib Manabu agar disiksa sampai mati oleh Tomoe. Mendengar itu Manabu berontak dan menjerit sekuat tenaga, namun tentu saja kekuatannya tak sebanding dengan puluhan kunoichi itu. Manabu pun ditelanjangi sampai bugil oleh para kunoichi itu. Setelah itu dengan akar pohon kedua tangannya diikat ke belakang. Lalu kedua kakinya juga direkatkan dan dililitkan akar pohon dengan begitu kencang sampai Manabu jatuh terduduk dan tak bisa berdiri lagi. Terakhir para kunoichi melilitkan hampir seluruh tubuh Manabu dengan akar pohon sampai-sampai Manabu hampir tak bisa bergerak sama sekali. Setelah Manabu terpasung sempurna oleh akar pohon itu, diseretlah Manabu ke dalam kamar Tomoe untuk menemui ajalnya di sana.
Di dalam kamar Tomoe, hanya Tomoe dan Manabu yang berada di sana. Kamar itu penuh bau anyir darah dan darah kering di setiap sudutnya. Selain itu, bau busuk babi dan banyak organ-organ babi berserakan di seluruh ruangan Tomoe.
Ini karena setiap beberapa hari sekali Tomoe akan diberikan babi oleh Himari untuk disetubuhi dan disembelih. Pada awalnya Tomoe sama sekali tidak berani melakukan hal keji ini. Namun setelah beberapa kali percobaan yang disupervisi oleh Himari, sekarang Tomoe sudah tanpa rasa jijik akan bercinta dengan babi itu sebelum menyembelihnya dengan pisau.
Setelah Himari melihat tatapan mata Tomoe sudah menjadi sangat dingin, Himari merasa sudah saatnya bagi Tomoe untuk membunuh mangsa pertamanya. Dan Manabu adalah korban pertama yang akan dieksekusi oleh Tomoe.
___________________________
2 jam berlalu...
Tomoe hanya duduk di depan Manabu dan melihat saja dengan tatapan kosong Manabu tergeletak di depannya. Dengan posisi terikat dan muka menghadap tanah, Manabu terus beteriak minta tolong. Tomoe yang hanya bisa berkomunikasi secara terbatas sama sekali tidak menjawab Manabu.
Manabu tidak tahu bahwa ada kunoichi cilik yang sedang bugil sedang menontonnya meronta. Walau masih berusia 10 tahun, payudara Tomoe sudah mulai tumbuh dan cukup terlihat menonjol. Sedangkan lekuk tubuh Tomoe sudah terbentuk sempurna seperti wanita dewasa. Dengan tubuh yang mungil, wajah Tomoe sudah terlihat jauh lebih tua dari usianya. Terlihat tatapan mata Tomoe begitu kosong dan raut mukanya selalu tanpa ekspresi.
Namun Manabu yang sedang dalam posisi itu tidak bisa melihat Tomoe.
Akhirnya, setelah demikian lama waktu pagi berlalu, Tomoe tiba-tiba beranjak dan berjalan menuju Manabu. Lalu dia pun mendudukkan mangsanya itu agar menghadap ke dirinya. Ketika sudah dalam posisi duduk, Manabu begitu kaget melihat ada anak kecil bugil yang duduk di depannya.
Tanpa basa-basi Manabu langsung memohon-mohon dengan suara parau dan mengiba pada anak kecil itu agar melepasnya. Namun Tomoe yang sudah dilatih Himari menjadi mesin pembunuh tidak menghiraukan permintaan Manabu.
Dengan tetap tanpa suara dan ekspresi, Tomoe mendekati Manabu. Tangan Tomoe lalu meraih biji pelir sebelah kanan Manabu dan dia pun mulai meremas sekuat-kuatnya biji pelir Manabu. Manabu sontak meronta-ronta hebat sambil menjerit-jerit kesetanan. Namun posisi badannya yang begitu terikat membuatnya tak kuasa melepaskan remasan Tomoe.
Manabu pun meminta tolong dan ampun pada Tomoe, tapi remasan Tomoe di biji pelirnya makin kuat. Manabu mulai menjerit sambil menangis merasakan biji pelirnya yang serasa akan hancur. Dia pun berteriak dan mengucapkan sumpah serapah sambil meronta-ronta demikian hebat di balik ikatannya.
Agar Manabu tak bisa bergerak, Tomoe lalu mendorong Manabu ke belakang sampai Manabu jatuh terlentang. Setelah itu, Tomoe berdiri dan dia pun menduduki mulut Manabu.
Manabu gelagapan mulutnya disumpal oleh vagina kecil Tomoe. Namun dirinya sama sekali tidak bernafsu maupun ereksi karena rasa takut yang demikian hebat.
Badan Tomoe menghadap ke arah kemaluan Manabu dan Tomoe pun melanjutkan remasannya untuk menghancurkan biji pelir Manabu.
Manabu melolong kesetanan di bawah vagina Tomoe ketika Tomoe makin mencengkram biji pelirnya.
Remasan tangan Tomoe rupanya begitu kuat hingga dengan cepat merusak otot-otot dan jaringan saraf di biji pelir Manabu. Setelah 5 menit diremas-remas dengan intens oleh Tomoe dibarengi jeritan kesetanan Manabu, akhirnya biji pelir kanan Manabu hancur oleh kekuatan remasan tangan Tomoe.
Terdengar suara seperti buah anggur penyet di biji pelir Manabu. Darah segar pun bermuncratan sampai menciprat wajah Tomor. Merasakan darah di wajahnya, Tomoe menjadi sangat horny dan mulai bermasturbasi tepat di atas mulut Manabu.
Jeritan hebat Manabu yang kehilangan salah satu pelirnya membuat Tomoe bertambah agresif memainkan vagina dan klitorisnya.
Akhirnya, setelah beberapa saat bermasturbasi, muncratlah cairan kewanitaan Tomoe bersamaan dengan air kencingnya membanjiri wajah Manabu. Manabu pun gelagapan menerima begitu banyak cairan Tomoe di mulutnya.
Namun Tomoe rupanya belum orgasme. Dia pun mengulang proses yang sama, kali ini dia meremas biji pelir kiri Manabu hingga hancur seperti biji pelir kanannya. Jeritan pilu dan permohonan ampun tanpa henti Manabu sama sekali tak digubris oleh Tomoe. Dengan perlahan, biji pelir kiri Manabu pun penyet di tangan Tomoe. Darah kembali bermuncratan dan Tomoe kembali bermasturbasi sambil mengusap-usapkan darah Manabu ke wajahnya sendiri. Di bawah tekanan vagina Tomoe yang terus mengeluarkan cairan kewanitaannya, Manabu meronta dengan hebatnya, namun kekuatan penuh Manabu tertahan oleh akar pohon itu.
Walau sudah begitu banyak cairan kewanitaannya keluar, Tomoe masih belum merasa puas. Tomoe ingin bercinta dengan mangsanya itu tapi dia tak mau sperma Manabu mengotori vaginanya.
Tomoe akan menguras sperma Manabu sebelum bercinta dengannya. Cara keji Tomoe yang dipakainya ke babi adalah dengan memijat-mijat dengan dua jempol di titik tertentu di pangkal batang kejantanan babi itu sampai sperma babi itu terkuras habis. Cara ini rupanya ampuh juga dipakai ke Manabu. Walau dengan testis yang sudah hancur, batang kemaluan Manabu perlahan mengacung tegak karena pijatan Tomoe di titik saraf khusus di daerah pangkal kemaluan Manabu memaksa aliran darah dan sperma mengalir ke ujung batang kejantanan Manabu.
Selama 5 menit awal, Manabu merasakan nikmat karena pijitan Tomoe membuat ujung batangnya beberapa kali meluberkan air mani bercampur darah. Walau hanya luber, rasa nikmat yang dirasakan oleh Manabu tidak berbeda dengan sensasi ejakulasi karena pijatan Tomoe merangsang titik kenikmatan Manabu.
Tanpa batang kemaluan Manabu disentuh Tomoe sama sekali, ujung uretra Manabu terus secara konstan meluberkan air mani bercampur darah. Tomoe terus memakai teknik pijatan khusus ini untuk mengeluarkan seluruh sperma Manabu.
____________________________
3 jam berlalu...
Manabu sudah menjerit-jerit kesetanan di tengah ejakulasinya yang sudah ratusan kali di tangan Tomoe. Rasa nikmat yang dirasakan Manabu di awal sekarang terasa seperti sensasi batangnya dicabut karena saraf kenikmatan Manabu sudah rusak dan hanya tersisa rasa sakit saja sementara ujung kemaluannya sekarang ini hanya meluberkan cairan bening dan darah.
Ejakulasi sebanyak itu tidak membuat batang kemaluan Manabu lemas karena batang penisnya dipaksa terus tegang oleh pijatan khusus Tomoe.
Setelah lama menyiksa Manabu dengan neraka ejakulasi ini, Tomoe memutuskan untuk memperkosa saluran kencing Manabu dengan memasukkan seluruh jari tengahnya ke dalam saluran kencing Manabu. Tomoe ingin melebarkan ukuran saluran kencing Manabu. Walau ukuran jari Tomoe cukup kecil, namun penetrasi paksa ke dalam saluran kencing Manabu tetap merobek saluran kencing Manabu membuat urethra Manabu menganga lebar. Manabu tentu saja terus menjerit kesetanan tanpa bisa berbuat apapun untuk menghentikan kekejian Tomoe.
Setelah beberapa saat, jari tengah Tomoe pun masuk seluruhnya, Di dalam saluran kencing itu, Tomor mulai menaik-turunkan jari tengahnya. Manabu menjerit histeris karena urethranya serasa terbakar dan begitu perih karena gesekan kuku Tomoe. Darah mulai mengalir keluar dan semakin lama semakin deras ketika Tomoe mempercepat gerakan naik turun jari tengahnya.
Akhirnya setelah setengah jam memperkosa dengan kejam saluran kencing Manabu, Tomoe berhenti menaik-turunkan jarinya di saluran kencing Manabu. Dia pun mengeluarkan jari tengahnya, meninggalkan saluran kencing Manabu menganga begitu lebar.
Tomoe lalu melanjutkan kembali pijatan nerakanya pada Manabu. Manabu kembali berteriak kesetanan ketika ejakulasi demi ejakulasi kembali luber dari saluran kencingnya yang sudah terbuka lebar itu. Sisa-sisa cairan bening terakhir Manabu diperas oleh Tomoe sampai tak bersisa sedikit pun sebelum Tomoe akan bersetubuh dengan Manabu.
____________________________
2 jam kemudian...
Puluhan ejakulasi terakhir Manabu tidak mengeluarkan apapun bahkan darah pun tidak. Manabu pun sudah tak bisa meronta lagi karena dirinya sudah hampir mati. Tanah tempat Manabu disiksa Tomoe sudah banjir dengan air mani dan darahnya.
Setelah memijat pangkal batang Manabu untuk terakhir kalinya, Tomoe pun bangun dari atas mulut Manabu dan dia pun mengarahkan vaginanya yang sudah basah itu ke batang kemaluan Manabu yang masih ereksi sempurna. Tomoe pun duduk menghadap Manabu untuk mulai bercinta dengan posisi lotus.
________________________
Tomoe sudah 2 jam tanpa henti bercinta dengan posisi lotus tersebut. Manabu sedang menggelepar di pelukan Tomoe yang begitu erat. Dengan posisi ini, Tomoe terus menggenjot mangsanya layaknya wanita dewasa. Untuk menambah kenikmatan beecinta, Tomoe memaksa Manabu menghisap payudaranya yang belum tumbuh itu. Desahan nikmat Tomoe terdengar menggema di seluruh ruangan itu dibarengi teriakan tertahan Manabu yang dipaksa menghisap payudara Tomoe.
Sudah tak terhitung kali banyaknya cairan kewanitaan Tomoe keluar ketika bercinta dengan Manabu. Sementara itu batang kemaluan Manabu tak mengeluarkan apapun ketika ejakulasi. Hanya rasa sakit yang dirasakan Manabu setiap kali penisnya berdenyut ejakulasi. Tiap kali batang kejantanan Manabu lemas, Tomoe kembali memijat pangkal batang Manabu agar terus ereksi sambil tak melepas pelukan dan jepitan vaginanya pada Manabu.
Setelah demikian lama bercinta namun dirinya belum juga orgasme, Tomoe tiba-tiba melepaskan pelukannya dan bangun dari posisi duduknya. Karena merasa batang kemaluan Manabu tak berguna, Tomoe memutuskan untuk memotong kemaluan Manabu yang masih ereksi itu.
Tomoe menekuk paksa tubuh Manabu yang sedang dalam posisi duduk itu sampai mulutnya bisa menghisap batang penisnya sendiri. Tubuh Manabu serasa akan patah namun dirinya ternyata cukup fleksibel untuk memasukkan seluruh batang penisnya ke dalam mulutnya sendiri.
Penis Manabu yang masih tegang itu lalu dipaksa Tomoe untuk digigit oleh Manabu sendiri. Manabu hanya bisa meronta dengan sisa-sisa tenaganya namun tak dapat berbuat banyak. Dia pun berhasil dipaksa Tomoe untuk menggigit kemaluannya sendiri.
Dengan posisi gigi Manabu sudah menggigit batang kemaluannya sendiri, Tomoe dengan kekuatan luar biasa menekan rahang atas dan bawah Manabu dengan kedua tangannya. Manabu tanpa bisa melawan akhirnya menggigit kemaluannya sendiri hingga putus. Darah pun muncrat membanjiri wajah sampai mulut Manabu. Potongan kemaluan Manabu beserta darah di dalam mulutnya lalu dengan kejam dipaksa Tomoe untuk ditelan seluruhnya oleh Manabu.
Tomoe terus menekan kepala Manabu sambil melihat mangsanya itu menangis sambil mengejang hebat dengan suara tertahan ketika menelan habis kemaluannya sendiri.
Setelah beberapa menit, kemaluan Manabu pun tertelan semuanya. Manabu sudah hampir tak bergerak lagi.
Tomoe lalu menekuk Manabu kembali ke posisi terlentang. Darah terus luber keluar dari bekas kemaluan Manabu yang terpotong. Tomoe lalu berdiri dan menduduki mulut Manabu dengan vaginanya. Kedua kakinya dijulurkan lalu dengan kedua jempol kakinya, Tomoe memberikan pijatan di pangkal kemaluan Manabu yang sudah terpotong itu. Darah pun muncrat seperti air mancur ketika jempol Tomoe menekannya. Tomoe terus menekan-nekan pangkal batang Manabu sambil kedua tangannya mulai bermasturbasi dan memainkan buah dadanya. Hanya erangan pelan yang terdengar dari Manabu di bawah vagina Tomoe.
Dua jam kemudian, sudah hampir tidak ada darah lagi yang bisa dikeluarkan dari tubuh Manabu. Manabu sendiri sudah mati hanya di 10 menit awal. Tanah tempat Manabu disiksa sudah menggenang darah demikian banyak sampai baunya begitu anyir. Tomoe pun orgasme sekitar 10 menit kemudian. Badannya menekuk ke belakang dan Tomoe pun berteriak hebat ketika mencapai puncak kenikmatan di atas mayat Manabu. Cairan kewanitaannya muncrat begitu banyak ke dalam mulut Manabu yang sudah menjadi mayat untuk menambah penghinaan terakhir.
Setelah Manabu mati, mayatnya pun kemudian dikeluarkan dari kamar Tomoe dan dilempar oleh para kunoichi lainnya ke luar sarang mereka untuk dimakan oleh binatang-binatang hutan.