Disiksa 4 Sekawan (Bagian 4)
Aling yang kesal ditinggal begitu saja, ikut berbaring di antara kedua kaki Xiao Po lalu mulai menyepong batang kejantanan Xiao Po yang sedang menjilati kaki Fei Lin.
Mei Zu tidak mau ketinggalan. Dia pun mengambil strap-on dildo dan pelumas dari dalam tas Fang-Fang. Setelah seluruh strap-on itu dilumuri pelumas, diikatkannya alat penyiksaan itu di pinggangnya. Lalu dari belakang dia mulai mencoba menyodokkan masuk dildo itu ke dalam pantat Xiao Po.
Xiao Po mulai meronta dan menjerit-jerit hebat akibat kesakitan luar biasa ketika pantatnya terasa seperti sobek ditusuk oleh dildo Mei Zu. Walau Mei Zu memakai pelumas ketika penetrasi anus Xiao Po, sedikit darah mulai menetes dari pantat Xiao Po karena besarnya dildo itu. Namun walau sakit luar biasa, pikiran Xiao Po sudah sangat bernafsu sehingga tanpa terasa strap-on itu perlahan masuk penuh dan mulai menyodok-nyodok anusnya. Jeritan nikmat bercampur sakit dari Xiao Po bergema di toilet sempit itu
Fang-Fang tidak ikut sex orgy tersebut. Dia hanya asyik bermasturbasi sambil menonton ketiga temannya menghabisi mangsa mereka.
Melihat pemandangan Fang-Fang yang sedang memainkan kelentitnya sendiri, ditambah sodokan dari belakang oleh Mei Zu, disepong dari bawah oleh Aling, dan sambil menggerayangi sekujur badan Fei Lin, akhirnya Xiao Po tidak tahan untuk ejakulasi.
Xiao Po: AAAAAAHHHH!! HYYAAAA!!
Jeritan orgasme Xiao Po adalah jerit kesakitan. Karena saluran kencingnya yang direkat kuat, dia tidak bisa ejakulasi dan hanya merasakan orgasme kering saja.
Mei Zu: Hehehe... Sperma elu ga punya tempat keluar jadi masuk lagi.
Mei Zu lalu melepas strap-on dildonya dari pantat Xiao Po dan berganti posisi. Terlihat lubang anus Xiao Po sudah menganga lebar tanpa bisa menutup kembali. Aling lalu ikut melepas sepongannya. Terakhir Fei Lin menendang Xiao Po hingga terjungkal ke belakang.
Setelah Xiao Po terjatuh, Aling dan Fei Lin langsung memiting kedua tangan dan kedua kaki Xiao Po supaya dia tidak bisa bergerak. Mei Zu lalu menaiki daerah selangkangan Xiao Po untuk melakukan posisi seks woman on top. Namun Mei Zu tidak memakai vaginanya, melainkan lubang anusnya untuk bercinta dengan Xiao Po. Mei Zu pun melumasi sekujur batang kejantanan Xiao Po dengan pelumas.
Perlahan diturunkannya dubur Mei Zu ke atas batang penis Xiao Po. Karena lubang anus Mei Zu begitu sempit, penis Xiao Po serasa hancur terjepit ketika mulai dimasukkan Mei Zu ke dalam anusnya. Xiao Po pun melolong hebat sambil meronta sampai membuat Aling dan Fei Lin kesulitan menahannya.
Namun perlahan-lahan, akhirnya batang kejantanan Xiao Po pun dapat menyodok ke dalam anus Mei Zu.
Mei Zu: Lihat bola mata cowok itu sampai ke atas begitu penisnya menancap di dubur gua hahaha...
Ketiga temannya tertawa histeris melihat kondisi mengenaskan Xiao Po yang sedang diperkosa anal oleh Mei Zu.
Setelah batang penis Xiao Po masuk sepenuhnya di dalam pantat Mei Zu, dia pun mulai menggenjot Xiao Po naik turun. Walau dengan pelumas pun, penis Xiao Po sudah begitu terjepit oleh kencangnya dubur Mei Zu sehingga setiap genjotan Mei Zu terasa seperti amplas di batangnya. Terdengar bunyi kecipak dibarengi jeritan Xiao Po di setiap genjotan Mei Zu.
Mei Zu: Ah ah ah ah... Gerakin pinggul elu... ahhh ahhh...
Semakin lama Mei Zu semakin kesetanan menggenjot dan menggoyangkan pinggulnya. Lolongan kesakitan Xiao Po terus bergema seraya penisnya terasa hancur dijepit dubur Mei Zu. Pemandangan itu begitu membuat Fei Lin dan Aling terangsang. Tanpa melepaskan pitingan mereka pada Xiao Po, mereka bercumbu satu sama lain. Fang-Fang pun tidak ketinggalan, kali ini dia bermasturbasi dengan menggunakan strap-on dildo yang sebelumnya dipakai Mei Zu menyiksa Xiao Po.
Hanya beberapa menit diperkosa Mei Zu, Xiao Po merasa akan ejakulasi lagi.
Xiao Po: Stop! Stop heeii!! Gua mau muncraaatt... aaaahhhh!!!
Mei Zu: Hahaha... muncrat aja kalo elu bisa. Ahhh... Ahhh... Ahhh...
Mei Zu terus menggenjot Xiao Po. Pinggul Xiao Po naik ke atas supaya dia bisa ejakulasi, tapi tentu saja upayanya gagal karena lem super yang merekat di saluran kencingnya.
Xiao Po: GGGGGYAAAAHHH!!
Xiao Po menjerit kesakitan ketika air maninya kembali tertahan di ujung penisnya dan masuk lagi ke dalam.
Mei Zu tersenyum sinis melihat muka Xiao Po mulai pucat karena air maninya terus tertahan di uretranya.
Xiao Po: Tttolong... tttolonnggg... gua mau ejakulasi... tolonngg...
Mei Zu tidak peduli dengan penderitaan Xiao Po. Di tengah lolongan dan isak tangis Xiao Po, dia terus menggenjot Xiao Po selama setengah jam lagi. Xiao Po sudah 20x mengalami orgasme kering di dalam dubur Mei Zu sampai mulutnya berbusa karena sudah begitu horny ditambah sakit yang luar biasa. Akhirnya tak lama kemudian, Mei Zu pun orgasme melalui lubang pantatnya.
Mei Zu: UUAAAAAHHHHH!! GUA MUNCRATTTT!! AAHHHHH...
Pantat Mei Zu mencengkeram penis Xiao Po hingga terdengar bunyi remuk di otot penis Xiao. Sambil memainkan kelentitnya, otot vagina Mei Zu mengencang hebat dan dia pun mulai orgasme sambil mengeluarkan cairan kewanitaannya. Setelah puas orgasme, Mei Zu hanya tersenyum sinis melihat korbannya sedang menggelepar di bawahnya.
Mei Zu: Cowok... elu ga boleh istirahat. Masih ada dua cewek lagi yang perlu elu puasin.
Mei Zu pun bangun dari selangkangan Xiao Po. Dia lalu memiting Xiao Po menggantikan posisi Fei Lin. Sekarang ganti Fei Lin yang naik mengangkangi Xiao Po. Sama seperti Mei Zu, Fei Lin juga menggunakan duburnya untuk bercinta dengan Xiao Po.
Fei Lin: Elu jadi anjing baik ya... Nikmatin aja lobang gua.
Fei Lin perlahan memasukkan penis Xiao Po ke lubang pantatnya. Penderitaan Xiao Po dimulai dari awal lagi. Penis remuknya kali ini dipaksa masuk ke dalam dubur Fei Lin yang juga sama sempitnya dengan Mei Zu. Setelah proses menyakitkan selama beberapa menit, akhirnya penis Xiao Po yang terus tegang itu berhasil dijepit sampai ujung di dalam dubur Fei Lin.
Fei Lin lalu mulai menyiksa korbannya dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya mencari kenikmatan dari Xiao Po. Perlahan-lahan gerakannya makin cepat dan otot pantatnya makin berkontraksi.
Xiao Po: STOPP... STTOPP... TOLONGGG! GUA GA KUAT!!
Fei Lin tidak menggubris permohonan Xiao Po dan mulai menggenjot Xiao Po. Sekitar 3 menit kemudian, Xiao Po bersiap ejakulasi lagi.
Xiao Po: HYYYYAAA!!
Walau sudah menaikkan pinggulnya dan mengeraskan otot penisnya, ejakulasinya tetap tak bisa keluar. Xiao Po meronta-ronta kesetanan, tapi pitingan kedua cewek itu sangat kuat. Ditambah Fei Lin di tengah menindih dan terus menggenjotnya sehingga Xiao Po tidak bisa apa-apa.
Sekarang biji pelir dan batang Xiao Po sudah agak berwarna kebiruan karena aliran darah dan sperma yang tertahan super glue di uretranya. Sudah setengah jam Fei Lin tidak orgasme. Total sudah 17x Xiao Po orgasme kering di dalam lubang kotoran Fei Lin. Jeritan Xiao Po makin menjadi-jadi dan dia terus meronta-ronta dan memohon agar Fei Lin berhenti memperkosanya.
Karena gerakan Xiao Po sudah tidak terkontrol, Mei Zu meminta Fang-Fang kembali merantai Xiao Po. Fang-Fang menaruh dildonya lalu dia mulai bekerja merantai Xiao Po. Kali ini kedua tangan Xiao Po diikat rantai yang ujungnya diikat di pipa besi toilet. Sedangkan kedua kakinya juga diikat dengan rantai yang ujungnya diikat di pipa wastafel.
Xiao Po benar-benar tidak bisa kabur lagi. Mei Zu lalu melepaskan pitingannya dan berdiri. Dia lalu menginjak-nginjak muka Xiao Po.
Xiao Po: HUUFF... HYYAAA! STTOPP! TOOLONGG! HHUAAA!
Mei Zu: Ini hukuman elu karena berani ngelawan tadi.
Belum berhenti Mei Zu menginjak-nginjak wajah Xiao Po, kini Aling melepaskan pitingannya, dan dia naik ke perut Xiao Po lalu duduk di sana menghadap ke Fei Lin yang sedang asyik dengan penis Xiao Po.
Aling dan Fei Lin pun berpelukan dan bercumbu di atas badan Xiao Po. Kedua tangan mereka saling menggerayangi tubuh satu sama lain.
Di balik injakan brutal Mei Zu, Xiao Po pun menangis histeris. Mereka semua tertawa melihat korbannya yang sudah sangat tidak berdaya.
10 menit kemudian, Mei Zu berhenti menginjak wajah Xiao Po. Wajah Xiao Po sudah bonyok dan penuh bekas injakan Mei Zu. Hidungnya pun sudah sedikit mimisan.
Mei Zu lalu mengambil strap-on dildo yang sudah ditaruh Fang-Fang untuk kembali seks anal dengan Xiao Po. Dia lalu menaikkan kedua kaki Xiao Po sedikit ke atas, dan dengan dorongan tangannya, dildo itu disodok-sodokkan masuk ke dalam lubang pantat Xiao Po. Pantat menganga Xiao Po mulai mengeluarkan cairan dan kotoran di setiap sodokan Mei Zu. Melihat kotoran Xiao Po keluar, keempat wanita itu tak merasa jijik sama sekali, malah Fang-Fang mulai mengambil kotoran Xiao Po dan menjejalkannya ke dalam mulut Xiao Po.
Xiao Po: HMMMMMPPFFF!! HHHHMMPPFF!!
Fang-Fang: Telen semua kotoran elu ini, jangan sampe sisa!
Xiao Po menjerit-jerit kesetanan dengan mulutnya sudah penuh kotoran. Dia berusaha melepehnya namun kedua tangan Fang-Fang terus memaksa kotoran menjijikan itu masuk semua ke dalam tenggorokan Xiao Po.
Tubuh Xiao Po meronta-ronta hebat karena dirinya ingin melepaskan diri dari 4 wanita iblis yang sedang memperkosanya itu tersebut. Tapi setiap gerakannya malah membuat mereka makin ganas menyiksanya.
Walau sambil dipaksa menelan kotorannya sendiri oleh Fang-Fang, kombinasi disodok-sodok dildo di pantatnya sambil disetubuhi oleh dubur Fei Lin membuat Xiao Po terus-menerus mengalami orgasme kering.
Akhirnya sekitar 20 menit kemudian, barulah Fei Lin orgasme. Pantat dan vaginanya kontraksi hebat.
Fei Lin: AAAHHHH!!! Gua keluaarrrr!! Bagusss... Anjing pintar...
Fei Lin pun bangun dari penis Xiao Po. Terlihat cairan kewanitaannya luber keluar dari vaginanya.
Selama 20 menit itu, Xiao Po sudah orgasme kering puluhan kali di dalam lubang Fei Lin. Sepanjang siksaan itu, denyut jantung Xiao Po sudah sangat cepat dan kesadarannya hampir hilang.
Efek obat perangsang ditambah saluran kencingnya yang sudah direkatkan Fang-Fang, membuat penis dan pelirnya sekarang menjadi biru dengan urat yang sudah terlihat menonjol keluar.
Xiao Po: Tooollonngg.... guuaa bisa mati... tollongg... huhuhuhu...
Mei Zu: Cowok... masih ada temen gua satu lagi mesti elu puasin sebelum elu kita tinggal supaya membusuk di sini ahahaha!!
Xiao Po terus menangis terisak dan memohon para penyiksanya itu agar jangan membunuhnya. Namun mereka semua hanya tertawa-tawa histeris mendengar permohonan dan isak tangis Xiao Po.
Beberapa menit kemudian, Fei Lin yang sudah puas menyiksa Xiao Po lalu beranjak bangun dari selangkangan Xiao Po. Mei Zu juga sudah berhenti menyodokkan dildo ke pantat Xiao Po. Begitu pun Fang-Fang sudah puas menjejalkan kotoran Xiao Po. Sekarang mereka bertiga melakukan seks lesbian dan saling memasturbasi satu sama lain di sebelah Xiao Po.
Giliran Aling sekarang yang akan menggenjot Xiao Po. Aling pun memanjat ke atas selangkangan Xiao Po. Tidak seperti kedua temannya, Aling tidak mengarahkan penis Xiao Po ke duburnya tapi langsung ke liang kenikmatannya.
Aling: Kakak... aku ini suka banget sama seks. Jadi sejam ga akan cukup buat aku. Aku mau kita bercinta tanpa henti sampai penis kakak tak bisa berdiri lagi.
Mendengar perkataan Aling, Xiao Po berteriak-teriak histeris. Dirinya meronta-ronta ingin melepaskan diri tapi sia-sia.
Xiao Po: TIDAAAKKK!! TIDAKKK! AMMPPUNN!!! SAKIIIIT!!
Aling tentu saja tidak peduli dengan teriakan Xiao Po dan tetap memasukkan penis malang itu ke liang kenikmatannya.
Aling: Uhh... nikmatin ya kak... Aku mulai gerak sekarang.
Malam ini Aling akan memberikan siksaan seks kepada Xiao Po, yang dari tadi terus memohon terisak dan menjerit kesakitan sampai menjeduk-jedukkan belakang kepalanya ke lantai.
Keempat cewek psikopat itu terus tertawa histeris melihat kondisi mengenaskan Xiao Po yang belepotan muntahan dan kotorannya sendiri. Cairan kewanitaan para wanita iblis itu juga begitu banyak menggenangi lantai toilet tersebut. Kombinasi aroma semuanya sangat busuk.
__________________________
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 subuh. Mei Zu, Fang-Fang, dan Fei Lin sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Di gedung kosong itu sekarang hanya ada Aling yang masih menggenjot Xiao Po yang sekarang ini sudah pingsan. Bola mata Xiao Po sudah ke atas. Suaranya juga sudah habis setelah terus menjerit dan memohon kepada Aling untuk berhenti. Selama disetubuhi Aling, sudah 3 kali Xiao Po muntah akibat tak tahan aroma busuk di toilet sempit itu.
Xiao Po juga makin menderita karena dirinya tak bisa kencing setelah minum begitu banyak air comberan itu. Batang penisnya terasa sangat sakit dan kandung kemihnya terasa akan pecah karena air kencingnya tak bisa keluar.
Di setiap orgasme kering Xiao Po, penisnya makin loyo karena otot dan syaraf di penisnya makin rusak karena disetubuhi secara brutal oleh Aling tanpa bisa ejakulasi.
Namun tanpa peduli dengan keadaan Xiao Po, Aling tetap asyik bersetubuh dengan cowok yang sudah hampir mati ini. Walau sudah bersenggama selama ini, Aling masih belum mencapai orgasme. Sementara Xiao Po walau dalam keadaan pingsan tetap terus mengalamu orgasme tanpa bisa ejakulasi di dalam vagina Aling.
Sekitar dua jam lagi menggenjot Xiao Po, ketika pukul 5 pagi barulah Aling orgasme.
Aling: Uuuuuuaaaahhhhh!!
Cairan kewanitaannya muncrat dan meluber di sekitaran batang penis Xiao Po. Orgasme pertama Aling dibarengi orgasme kering Xiao Po yang ke 65 kalinya di dalam memek Aling. Tapi Aling adalah cewek hiperseks, dia pun kembali menggoyang-goyangkan pinggulnya mencari kenikmatan lagi. Tapi 10 menit lagi Aling menggenjot Xiao Po, penis Xiao Po malah makin loyo dan akhirnya mati sama sekali. Aling pun kesal.
Aling: Uuhh... kakak ga berguna... Aku masih belum puas kak... Tapi kakak udah pingsan ya. Penis kakak makin letoy.
Aling pun beranjak dari badan Xiao Po. Dia lalu memakai pakaiannya. Untuk berjaga-jaga, sebelum meninggalkan Xiao Po, diambilnya botol yang penuh berisi pemutih dari dalam tasnya, lalu dia menuangkan pemutih itu ke seluruh wajah dan tubuh Xiao Po. Lalu dengan kakinya diusap-usapkan pemutih itu agar tidak ada jejak tertinggal di tubuh Xiao Po. Penis Xiao Po pun tidak luput dibersihkan oleh Aling. Sampai ke tembok dan pipa pun tidak luput dilap oleh Aling. Walau paling lugu, Aling adalah yang paling pintar dari mereka berempat. Tanpa Aling, sudah lama mereka tertangkap.
Dengan kejam, Aling meninggalkan mangsanya yang sudah hampir mati itu tetap terpasung di gedung kosong itu untuk menanti ajalnya.