Fuko dan Furuta (Epilog)

Sudah satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Furuta di kamarnya sedang menimang-nimang batang penis Kenichiro yang sudah keras karena diawetkan dengan lilin. Kadang dia mengemut penis itu atau memakainya untuk digesek-gesek ke klitorisnya. Walau di langit-langit kamarnya tergantung banyak penis pria korban Fuko, tapi dia hanya menyukai penis Kenichiro yang selalu dia pakai untuk masturbasi.

Furuta: Mommy sudah sebulan tidak kembali. Bahkan tidak menghubungi Furuta. Ada apa ya? Biasa paling lama seminggu mommy pergi.

Furuta kembali menengok ruang bawah tanah untuk mengecek mommy-nya yang barangkali sudah membawa korban baru di sana.

Tapi tentu saja tidak ada siapa-siapa di sana selain tulang belulang. Furuta lalu mengecek mayat Kenichiro yang sudah hampir habis dimakan belatung. Wajahnya sudah menjadi tengkorak. Hanya sedikit sisa mayat Kenichiro yang masih ada daging. 

Furuta memutuskan untuk mengambil tengkorak Kenichiro itu dan membawanya ke kamarnya. Sambil menunggu panggilan mommy-nya, Furuta bermasturbasi dengan menancapkan penis Kenichiro yang sudah diawetkan ke mulut tengkorak Kenichiro. Lalu dengan brutal dia memaju-mundurkan tengkorak itu sampai penis lilin tersebut keluar masuk vagina kecilnya. Sekitar 10 menit melakukan itu, Furuta pun orgasme. Diletakannya tengkorak itu di sebelahnya dan dia pun tertidur pulas.

Furuta terbangun ketika walkie talkie-nya bergetar. Dia pun segera mengangkatnya.

Fuko: Honey... Maaf mommy baru bisa menghubungi kamu. Mommy sedang diburuh mafia dan polisi. Kita harus pindah dari sana saat ini juga. Sebentar lagi mommy sampai dengan mobil sewaan. Ambil barang-barang kamu dan mommy akan bakar tempat kita dan pergi dari sana. Daahh...

Klik... Sambungan langsung ditutup.

Furuta lega mommy-nya ternyata tidak apa-apa. Tapi dia bingung harus melakukan apa. Dia pun segera memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Tapi yang paling penting, tengkorak Kenichiro, batang penis Kenichiro, dan gelas ukur yang berisi sperma dan darah Kenichiro, dia masukkan pertama kali, baru pakaian, koleksi penis, alat penyiksaan favoritnya, dan terakhir snack kesukaannya.

Sejam kemudian, ada suara mobil terdengar. Furuta lalu keluar sambil menenteng tasnya. Fuko turun dari mobil dan segera memeluk Furuta.

Fuko kali ini rupanya membawa mangsa baru. Di bagasi mobil itu, ada seorang pria paruh baya yang kedua tangannya disatukan dengan tali dan kedua kakinya juga demikian. Matanya ditutup kain, mulutnya tersumpal kain, dan dia terus meracau dan meronta-ronta. Pria tersebut sudah bugil, tapi penisnya terlihat masih loyo. Baik bulu badan sampai bulu kemaluannya maupun rambutnya sudah tercukur habis. Furuta hanya bisa membayangkan apa yang sudah mommy-nya lakukan pada korbannya itu sepanjang perjalanan. 

Segera Fuko lalu menceritakan kejadian yang memaksa mereka harus pindah dari sana. 

Fuko: Furuta, maaf sweetie, mommy melakukan kesalahan dan kita jadi buronan sekarang. Tapi tak usah khawatir, uang tabungan mommy ada banyak. Kita bisa cari rumah baru. Sebentar mommy akan ke bawah dan mengambil semua barang-barang kita. Setelah itu mommy akan membakar tempat itu. Sambil menunggu, kamu bisa menyetubuhi mangsa mommy yang ada di bagasi mobil.

Walau Fuko tahu Furuta belum haid, tapi dia masih khawatir Furuta akan hamil dan mengandung anak dari lelaki busuk tersebut. Fuko pun melepas ikat rambutnya dan menuju ke pria yang terikat itu. Ikat rambut Fuko sangat panjang dan dipakai untuk menyanggul rambutnya.

Fuko: Elu bentar lagi mau dipake anak gua. Awas jangan sampe berani elu muncrat di dalam anak gua.

Tangan kanan Fuko lalu meraih penis tersebut dan dikocoknya penis yang masih letoy sampai tegang sempurna. Tangan Fuko sangat halus sehingga pria itu mendesah-desah dari balik sumpalan mulutnya tanpa mengetahui dirinya akan mati sebentar lagi. Setelah semenit dipompa Fuko, penis itu pun tegang sempurna. Fuko langsung berhenti mengocoknya dan dengan ikat rambutnya Fuko lalu melilit kuat-kuat biji pelir, pangkal penis, tengah penis dan kepala penis pria malang itu. Fuko ingin memastikan pria itu tidak bisa ejakulasi di dalam vagina anaknya.

Pria itu menjerit-jerit hebat dari balik sumpalannya dan meronta-ronta. Fuko rupanya mengikat penis pria itu luar biasa kencang sampai seakan-akan penis itu akan putus dari pangkalnya. Testis pria itu pun sudah menggembung seperti balon yang sebentar lagi meletus. Perlahan-lahan warna batang penis itu dan kantong pelirnya menjadi semakin merah. 

Fuko: Nah, sudah aman sekarang Furuta. Paman ini tidak akan bisa ejakulasi. Perkosa dia sepuas kamu.

Furuta: Makasih mommy.

Furuta kegirangan dan langsung melepas seluruh pakaiannya dan sekarang naik ke bagasi mobil. Dia berdiri mengangkangi pria itu. 

Fuko: Nikmati hadiah kamu ya sweetie. Mommy ke bawah dulu.

Setelah Fuko masuk ke ruang bawah tanah. Tinggalah Furuta dan pria itu berdua di sana. Furuta tersenyum senang.

Furuta: Hehehe... Furuta lagi horny nih paman.

Mendengar suara Furuta seperti anak kecil, pria itu tak percaya dirinya akan disetubuhi anak kecil. Furuta perlahan menurunkan pinggulnya dan mulai mencoba memasukkan penis pria yang sekarang sudah sangat membesar itu ke dalam vaginanya.

Pria tersebut mengerang dan meronta-ronta kesakitan karena vagina Furuta begitu sempit dan juga belum basah. Furuta rupanya malah merasa terangsang karena penis pria itu sangat besar. Dia pun terus berusaha menjejalkan penis itu agar bisa masuk ke dalam vaginanya.

Namun setelah beberapa menit rupanya penis itu tetap tidak bisa masuk. Furuta pun kecewa. 

Furuta: Uuhhh... penis paman masih terlalu besar. Sini Furuta bikin loyo dulu.

Furuta pun berpindah tempat. Sekarang posisi pantatnya menduduki wajah pria itu dan dia menghadap ke batang penis pria itu. 

Furuta: Nikmati ya paman. Furuta akan bikin paman mengeluarkan kencing warna putih.

Tangan kanan Furuta lalu meraih batang pria malang itu. Sama seperti ketika menyiksa Kenichiro, Furuta mengeluarkan teknik mengocoknya yang sadis itu. Tangan kecilnya dengan ahli memompa penis pria itu dengan gerakan cepat dan konstan.

Bedanya kali ini pria di depannya tidak bisa ejakulasi karena seluruh bagian penisnya diikat mati oleh ikat rambut Fuko. Pria itu kesetanan meronta-ronta setelah beberapa menit Furuta mengocok. Wajahnya menggeleng-geleng di bawah pantat Furuta. Rupanya dia mengalami orgasme kering.

Dari balik penyumpalnya, dia memohon Furuta untuk melepaskan ikatan di penisnya. Tapi Furuta tidak mempedulikan pria itu dan tetap meneruskan kocokannya.

Setelah 15 menit dikocok Furuta, batang penis itu sekarang sudah sangat biru dan besar karena begitu banyak darah dan sperma yang tersumbat di pangkal penisnya. Biji pelirnya juga sudah berubah warna menjadi biru. Bola mata pria itu sudah ke atas dan mulutnya sudah meracau dan mengutuk Furuta. Pinggulnya disodok-sodok ke atas supaya air maninya bisa dikeluarkan. Total sudah 25 kali orgasmenya tertahan keluar oleh ikat rambut Fuko. Siksaan untuk terus orgasme tanpa ejakulasi sama sakitnya seperti ketika Kenichiro dipaksa ejakulasi tanpa henti. 

Pria itu menangis terisak karena begitu hornynya. Spermanya sudah menusuk-nusuk biji pelirnya karena sangat penuh. Sekarang batang penis dan biji pelirnya bukan lagi membiru, tapi sudah agak menghitam.

Sekitar 20 menit lagi Furuta mengocok batang pria itu, dan pria itu mengalami orgasme kering 19 kali lagi. Tiba-tiba Fuko pun datang. Furuta pun melepaskan genggaman tangannya dari batang penis pria itu dan turun dari bagasi. Fuko sudah membawa barang-barang yang diperlukan dan dimasukannya ke dalam mobil.

Fuko: Furuta, bagaimana mangsa mommy? Sudah selesai kamu setubuhi?

Furuta: Belum mami. Penis paman ini terlalu besar jadi kesempitan di vagina aku.

Fuko pun berjalan menuju ke pria itu. Dia akan mengeksekusinya sekarang. Batang penisnya sudah hitam pekat sekarang akibat dikocok Furuta. Fuko melihat biji pelir pria itu juga berwarna hitam pekat dan hampir pecah karena begitu banyak sperma dan darah terkumpul di dalamnya. Dari balik mulutnya pria itu terus meminta agar bisa ejakulasi. Air matanya terus keluar dan pinggulnya terus bergerak-gerak menyodok.

Fuko: Dasar pedofil ga guna! Mending elu mati aja...

Tanpa melepaskan ikat rambut itu dan tanpa memberi kesempatan pria itu untuk ejakulasi, Fuko pun menurunkan pria itu dari bagasi dan menyeretnya. Dari balik penyumpal mulutnya, dia terus memohon untuk ejakulasi dan merintih kesakitan.

Furuta: Mommy, bentar... Furuta mau penis paman itu. Pleaseee...

Furuta rupanya mau menambah penis pria itu ke dalam koleksinya.

Fuko: Oke sweetie. Sebentar mommy ambilkan.

Tidak seperti Furuta, Fuko tidak memakai gunting untuk memotong batang kejantanan pria itu. Dengan kukunya yang runcing, Fuko tanpa ampun menyayat-nyayat pangkal penis itu dengan kuku jempolnya yang seperti silet.

Digerakannya kuku itu seperti gerakan menggergaji kayu. Pria itu hampir gila karena rasa sakit yang teramat sangat. Teriakannya begitu keras walau tersumpal kain. Darah segar mulai menyembur keluar dari bekas sayatan kuku Fuko. Pria itu makin hilang kesadaran sementara kuku Fuko terus menyayat pangkal batang sedikit demi sedikit sampai batang tersebut sampai putus.

TESSS!! 

Setelah 2 menit disayat kuku Fuko, urat dan syaraf terakhir yang menghubungkan penis itu ke badan pria itu pun putus. Darah dan sperma yang sudah terkumpul memyembur membasahi tanah hutan dan badan Fuko sampai jauh ke arah  Furuta.

Pria itu sudah pingsan dari tadi. Ikat rambut yang mengikat pangkal penisnya sudah terlepas sekarang. Potongan batang kejantanan itu belepotan darah dan sperma. Fuko memberikannya ke Furuta untuk kemudian diemut Furuta di mulutnya.

Fuko lalu menyeret pria itu ke ruang bawah tanah tempat Kenichiro meregang nyawa. Fuko pun menjatuhkan lilin-lilin dan api dengan cepat menjalar menghabiskan seluruh tempat persembunyian mereka. Fuko pun lari keluar meninggalkan pria tadi yang akhirnya mati terbakar bersama dengan terbakarnya tempat persembunyian mereka.

Setelah semua jejak bersih, Fuko pun menstarter mobil dan bersama Furuta mereka akan mencari mangsa baru lagi di tempat lain.

Postingan populer dari blog ini

Disiksa 4 Sekawan (Bagian 3)

Disiksa 4 Sekawan (Bagian 4)

Himari Sang Ratu Kunoichi (Bagian 3)