Fuko dan Furuta (Bagian 2)
Seketika itu juga dia bergidik ngeri. Dia pernah mendengar reputasi seorang pembunuh bayaran wanita yang sangat keji. Korbannya tidak pernah terdengar lagi bila sudah dieksekusi olehnya. Dia sangat ketakutan mengetahui bahwa dirinya mungkin akan bernasib sama seperti tulang belulang yang ada di sekitarnya itu.
Dia pun segera berusaha bangkit berdiri. Namun rupanya kedua tangannya terikat dengan rantai yang menempel di dinding batu dan kedua
kaki Kenichiro terikat rantai yang dikaitkan dengan paku di tanah. Posisi badannya
terduduk. Dia juga menyadari bahwa dirinya sudah telanjang bulat dan penisnya
mengacung tegak. Dia berontak sekuat tenaga untuk melepas rantai tersebut, namun sia-sia.
Tiba-tiba sosok wanita itu berjalan menuju ke arahnya. Benar saja, dia adalah wanita pebisnis yang semalam dibawanya ke hotel. Namun, wajahnya dan penampilannya agak sedikit berbeda kali ini. Diterangi cahaya lilin, Kenichiro melihat muka wanita di depannya itu jauh lebih sadis. Fuko memakai pakaian latex hitam sehingga lekuk tubuhnya tercetak jelas dari badan sampai ke kaki. Latek tersebut juga terbuka di bagian belahan dada Fuko sehingga membuat Fuko terlihat sangat seksi. Terlihat di tangannya dia juga membawa celana dalam wanita.
Melihat itu, darah
Kenichiro berdesir, bercampur antara takut, marah, dan terangsang. Dia membayangkan kemungkinan akan bercinta dengan Fuko. Tapi dia juga amat takut dengan kemungkinan dirinya mati dibunuh oleh Fuko.
Kenichiro: Hei wanita sial!
Lepasin gua sekarang! Kalau gua lepas, elu bakal mampus!
Fuko pun hanya tertawa mendengar
ancaman Kenichiro. Sudah tidak terlihat wajah imutnya. Ekspresinya terlihat
sangat bengis. Matanya sudah menampakkan keinginan untuk membunuh. Dia pun mendekat
dan berbisik ke Kenichiro.
Fuko: Sssttt… Elu sadar ga posisi
elu? Di ruangan ini elu akan menemui ajal lu. Elu akan gua
merasakan neraka sebelum elu mati. HAHAHA!!
Fuko tertawa histeris. Mendengar ancaman Fuko, Kenichiro kalap dan mengucapkan sumpah serapah. Fuko pun langsung menyumbat mulut Kenichiro dengan celana dalam yang dipegangnya tadi.
Kenichiro: MMMFFFFF… MMFFF…
Fuko terus menjejalkan celana
dalam tersebut sampai celana dalam itu masuk sepenuhnya dalam mulut Kenichiro.
Fuko: HAHAHAHA! Cocok kolor gua buat membungkam mulut berisik elu.
Fuko lalu berjongkok dan tangannya lalu menjalari tubuh
Kenichiro, mulai dari wajah, leher, turun ke dada, perut, sampai ke
selangkangan Kenichiro. Penisnya yang sudah agak tegak perlahan makin mengacung ketika tangan Fuko melewati sekitaran penisnya. Kenichiro merem melek merasakan kenikmatan dari halusnya tangan Fuko. Dia sudah membayangkan akan ejakulasi. Melihat itu Kenichiro keenakan, Fuko pun tersenyum sinis.
Fuko: Hehehe... Elu ga pantas merasakan kenikmatan dari gua. Hehehe… Elu Cuma pantas dapat ini…
Dengan wajah dingin, Fuko berdiri
dan mengambil balsem dari atas meja di sebelah Kenichiro. Balsem itu berwarna
merah membara. Fuko lalu berjongkok kembali depan Kenichiro dan mulai
mengoleskan balsam ke sekujur penis Kenichiro, sampai ke biji pelir Kenichiro.
Kenichiro: UUUUUFFFFFF!! OOOFFFFHHHHHH!!
Penisnya terbakar hebat karena panasnya balsem itu. Fuko tidak hanya mengoleskan sedikit balsem itu, namun seluruh balsem itu sampai habis. Kenichiro meronta-ronta kesetanan. Penisnya sudah menjadi sangat panas dan terbakar hebat. Alat kelaminnya serasa ditusuk-tusuk dengan ribuan jarum.
Sekitar 5 menit balsem itu baru habis dioleskan. Sepanjang 5 menit itu, Kenichiro terus memohon ampun dari balik penyumbat mulutnya. Kenichiro mulai menangis dan matanya memohon agar Fuko berhenti mengoleskan balsem tersebut. Walau sangat panas, rupanya balsem tersebut memiliki kandungan aphrosidiac sehingga penis Kenichiro yang agak tegang sekarang menjadi mengacung sempurna.
Fuko: HAHAHAHA!! Enak ya balsem gua. Titit elu udah ngasih hormat. Sekarang titit elu tamat…
Tiba-tiba tangan kanan Fuko lalu menggenggam kuat-kuat batang tegak Kenichiro dan menekuknya ke bawah seakan ingin mematahkan batangnya.
KREK! POP!
Terdengar bunyi seperti kretekan. Penisnya
rupanya sudah patah.
Kenichiro: MMMFFFF! MMMMFFFF!!! MFFFFFF!!
Dari balik penyumpal mulutnya,
Kenichiro menjerit histeris. Matanya mengeluarkan air mata kesakitan.
Fuko: HAHAHAA! Batang kejantanan
elu udah patah. Mampus!
Kenichiro terus menjerit luar
biasa keras dari balik mulutnya yang tersumbat. Penisnya sekarang sudah bengkok
dan tidak bisa mengacung ke atas lagi, tapi ke arah depan. Ditambah balsem yang membakar penisnya, Kenichiro pun hampir
pingsan karena siksaan ini.
Fuko tidak berhenti di sana. Dia
lalu mendorong batang yang sudah bengkok itu ke posisi mengacung ke atas lalu
menahannya. Tangan kirinya tiba-tiba meninju biji pelir Kenichiro kuat-kuat.
Belum sempat Kenichiro lepas dari kesakitan, sekarang tinju Fuko membombardir biji pelirnya. Kiri dan kanan biji
pelir Kenichiro menjadi samsak Fuko.
Fuko: HAHAHAHAHA!! Gimana rasanya
batang elu patah dan biji elu hancur?
Fuko terus meninju tanpa ampun biji
pelir Kenichiro sampai lebih dari 10 menit. Kadang terdengar suara seperti
telur pecah karena kerasnya tinju Fuko. Kenichiro terus meronta-ronta dan
memohon ampun atas siksaan itu. Dari balik lubang kemaluan Kenichiro sudah
keluar sedikit darah akibat dari pelirnya yang setengah hancur.
Melihat itu, Fuko berhenti
meninju, dan sekarang ganti meremas-remas biji pelir. Fuko pun meremas pelir
itu sekuat-kuatnya sampai kantong pelir sebelah kanan Kenichiro terdengar suara
seperti tomat terinjak. Darah segar bercampur sedikit air mani pun mengalir
keluar dari lubang kemaluannya. Buah pelir kanan Kenichiro sudah tidak
berbentuk bulat lagi, tapi sudah kempis seperti bola yang kehabisan angin. Kenichiro
tidak berteriak kali ini. Dia seketika itu pingsan karena rasa sakit yang tak
tertahankan.
Setelah tahu Kenichiro pingsan,
Fuko tertawa puas.
Fuko: HUAHAHAHA! Mampus juga elu!
Untuk menuntaskan, Fuko meremas pelir Kenichiro yang satu lagi sampai hancur juga. Kenichiro untungnya dalam keadaan pingsan sehingga tidak merasakan siksaan tersebut. Sekarang kedua pelir Kenichiro sudah penyet tak berbentuk. Dari ujung kemaluannya mengalir darah segar dan sedikit sperma.
Luar biasanya, walau Kenichiro sudah pingsan, dan batangnya patah dan biji pelirnya sudah hancur, tapi batang tersebut tetap tegang dan keras. Efek obat perangsang yang diberikan Fuko sangat mengerikan.
Tangan kanan Fuko lalu menggenggam batang tegang Kenichiro yang sudah patah itu. Dengan ekspresi dingin, dia menekuk ke atas batang kemaluan Kenichiro dan mulai memilin-milin batang tersebut. Kenichiro yang sedang pingsan tidak merasakan apa-apa, tapi penisnya rupanya merespons. Tidak berapa lama penisnya dimainkan oleh Fuko, air mani bercampur darah pun menyembur luber ke lantai.
Fuko: HAHAHA! Elu ejakulasi dini ya.
Lalu dia mengusap bekas sperma dan darah Kenichiro di lantai dan mengusap-usapkan ke buah dadanya.
Ekspresi Fuko sangat puas melihat keadaan korbannya. Bola mata Kenichiro sudah tidak terlihat dan mulutnya mengeluarkan busa yang membasahi celana dalam yang disumpalkan di mulutnya.
Fuko: Mmmmm… selamat tinggal Kenichiro...
Fuko sudah selesai mengeksekusi korbannya. Dia pun bangkit berdiri dan meninggalkan korbannya untuk mati di kegelapan ruangan bawah tanah tersebut.