Disiksa 4 Sekawan (Bagian 2)
Posisi Xiao Po terduduk dan tangan kirinya diborgol oleh rantai yang ujungnya diikat ke pipa besi toilet. Tangan kanan Xiao Po sengaja tidak mereka ikat. Xiao Po pun baru sadar kalau dirinya juga sudah telanjang bulat. Pakaian dan barangnya dia lihat ada di atas wastafel.
Mei Zu: Cowok... Karena elu udah ngintip kita. Sebagai hukuman elu, sekarang elu mesti onani di depan kita.
Xiao Po kaget tidak menyangka perintah Mei Zu itu. Darah lelakinya berdesir dan penisnya langsung sedikit mengacung membayangkan 4 cewek di depannya akan menontonnya onani.
Xiao Po pun menurut. Tangan kanannya meraih batang penisnya yang masih loyo dan dipompanya batang itu perlahan.
Fei Lin: Heh! Yang cepet ngocoknya! Kayak elu ngocok pas lagi sendirian.
Fei Lin memeragakan gerakan mengocok di sekitar daerah kelaminnya. Teman-temannya tertawa cekikikan.
Melihat gerakan Fei Lin, Xiao Po pun nakin bernafsu dan mempercepat kocokannya. Dengan cepat batang penisnya membesar dan memudahkan Xiao Po mengocok.
Aling: Nanti keluarnya di nenen kita-kita ya kak. Uuhhh...
Aling memainkan payudaranya untuk menggoda Xiao Po yang sekarang sudah menggendus-endus menikmati onanimya.
Aling: Sini aku kasih kakak bonus.
Aling berjalan mendekat ke Xiao Po dan menyodorkan buah dadanya untuk dihisap Xiao Po.
Xiao Po makin terangsang dan makin cepat mengocok penisnya sambil mulutnya menghisap-hisap kedua puting Aling. Aling pun mendesah-desah keenakan.
Aling: Ahhh... ahhh... enak kak... ahhh...
Sementara itu, Mei Zu dan Fei Lin mulai berpelukan dan bercumbu lesbian. Pemandangan itu pun makin membuat Xiao Po terangsang sehingga onaninya makin intens.
Sekitar 1 menit Xiao Po onani, walau sudah sangat tegang, tapi air maninya belum kunjung keluar. Keempat cewek itu hanya tertawa melihat begitu besar dan panjangnya batang Xiao Po.
Fang-Fang yang sudah tidak sabar lagi berteriak ke Xiao Po.
Fang-Fang: Heh! Mau berapa lama lagi kita nunggu?! Cepetan keluarin peju elu! Kalo gua sampe sana elu belom ejakulasi, gua potong titit elu!
Fang-Fang membuka tasnya dan mengeluarkan pisau dapur dari dalam tas itu lalu menjilati ujungnya. Perlahan Fang-Fang berjalan ke arah Xiao Po dengan membawa pisau di tangannya.
Melihat itu, Xiao Po sangat ketakutan. Dia yakin cewek psikopat ini serius akan ancamannya. Dipaksanya keluar pejunya. Kocokannya sudah amat cepat dan kuat. Akhirnya 10 detik kemudian, dia merasakan penisnya akan ejakulasi. Xiao Po menjerit nikmat seraya pejunya menyemprot ke atas mengenai payudara Aling yang ada di sebelahnya. Aling pun mengambil peju itu dengan jarinya dan menjilatinya.
Aling: Mmmmm... kentel banget peju kakak...
Fei Lin: Hahaha... banyak juga peju elu... Gua pengen cobain juga.
Fei Lin pun mendekati Aling dan menjilati habis sisa peju Xiao Po yang masih menempel di payudara Aling.
Mei Zu: Cowok... Gimana enak udah orgasme? Mau kita lepas?
Xiao Po mengangguk-angguk. Dia berpikir bahwa Mei Zu benar-benar akan melepasnya sekarang.
Mei Zu: Hahahaha... Jangan geer elu. Elu udah liat kita ngeseks, jangan berharap bisa keluar hidup-hidup dari sini!
Keempat cewek psikopat itu tertawa, sementara Xiao Po sekarang sudah berkeringat dingin.
Xiao Po: TOLOONG TOLONGGG!!! ADA PEMBUUUUNUHH!! TOLOOONG!! SIAPA AJA!
Xiao Po akhirnya berteriak histeris untuk meminta pertolongan. Sementara keempat cewek itu terus tertawa melihat usaha Xiao Po.
Fei Lin: Hehehe dasar bego. Elu ga sadar apa sedang ada di lantai 8 di dalam toilet di gedung kosong. Silakan jerit sepuas elu.
Mei Zu: Cowok.. simpan jeritan elu. Karena elu bakal perlu jeritan itu ketika kita menyiksa elu... hahahahaha!!
Xiao Po makin keras berteriak minta tolong, tapi sia-sia karena dalam radius 500 meter dari gedung itu sudah tidak ada orang sama sekali. Gedung ini begitu terpencil dan sudah ditelantarkan pemiliknya dan berharap ada orang lewat di sana sama seperti berharap hujan di padang pasir. Apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 1 tengah malam. Tidak mungkin ada sesosok manusia pun di sekitar mereka.
Xiao Po begitu ketakutan membayangkan dirinya akan mati di tangan 4 cewek psikopat ini. Dia pun mulai menangis tersedu-sedu di antara tawa histeris mereka.