Di Sarang Kunoichi (Bagian 1)
Minoru adalah seorang ninja yang sedang dalam misi rahasia. Namun dalam salah satu kunjungannya ke salah satu desa, dia tidak sadar bahwa desa tersebut adalah basis tempat salah satu kelompok kunoichi yang terkenal sangat kejam.
Minoru sudah dikenal sebagai salah satu ninja yang ahli dalam bertarung, sehingga para kunoichi itu menjalankan strategi untuk menjerat Minoru dengan pesona seksual mereka.
Salah satu kunoichi menyamar menjadi seorang pelacur. Setelah menggoda Minoru di salah satu tempat minum di desa itu, dia mengajak Minoru untuk melampiaskan hasrat dengannya.
Minoru berpikir tak ada salahnya rileks sebentar dan ikut ke salah satu tempat pelacuran di desa itu.
Di sana, Minoru dan kunoichi itu mulai asyik bercumbu. Kunoichi itu tahu bahwa dia tak bisa menusuk jarum bius ketika Minoru sedang dalam kondisi waspada. Karena itu, sebelumnya dia mengelem beberapa jarum bius itu di dalam vaginanya. Dia lalu mengajak Minoru untuk melakukan persetubuhan dengannya di dalam kamar.
Minoru pun menurut karena nafsunya sudah di ubun-ubun. Setelah keduanya bugil di dalam kamar, penis Minoru yang sudah tegang langsung menyodok dengan kasar vagina kunoichi itu. Namun baru setengah jalan penis Minoru masuk, beberapa jarum bius itu langsung tertancap di penisnya. Efek jarum itu dengan cepat membuat tubuhnya lumpuh dan kesadarannya hilang. Dia pun jatuh pingsan.
Para kunoichi lain pun keluar dari tempat persembunyian mereka dan menggotong Minoru yang sudah pingsan ke tempat persembunyian mereka.
Para penduduk desa itu tahu ketika kunoichi sedang membawa pria telanjang, pria itu sudah dekat dengan ajalnya.
_______________________
Ketika Minoru kembali sadar, dia mendapati dirinya masih tanpa pakaian dan sedang digantung terbalik di sebuah ruangan. Kedua tangannya dililitkan kain tambang. Kedua kakinya juga dililitkan tambang yang kemudian tergantung di atap. Kepala Minoru tergantung beberapa puluh senti dari atas lantai.
Di depannya dia melihat para kunoichi sedang berdiri menghadap dirinya. Mereka semua memakai penutup mulut sehingga sulit dikenali identitasnya. Mereka semua juga memakai sarung tangan khas kunoichi yang disebut neko-te. Di sampingnya, dia melihat banyak tengkorak tergantung dengan posisi sama seperti dirinya. Minoru pun bergidik takut.
Pemimpin kelompok kunoichi ini bernama Himari. Dia pun mendekati Minoru.
Himari: Minoru, aku tahu kamu ninja yang cerdas dan akan membuat pilihan yang benar. Bila kamu memberikan kami rahasia klanmu, kami akan merawatmu dan memberikan surga dunia di sini. Namun bila kamu menolak, kami akan menyiksamu sampai dirimu tak mau hidup lagi.
Minoru: Bunuh saja aku. Sekarang hidupku sudah tak berarti lagi. Aku akan mati di luar sana. Tak ada bedanya aku mati di sini.
Mendengar jawaban Minoru, Himari lalu memberikan isyarat ke salah satu kunoichi di sana untuk mendekati Minoru. Kunoichi itu membuka penutup mulutnya dan melepaskan neko-te di tangannya. Dia pun berjalan mendekati Minoru. Ketika sudah dekat, Minoru sadar bahwa kunoichi itu adalah pelacur yang tadi menjebaknya.
Minoru: Memalukan!! Aku terjebak oleh wanita jalang sepertimu!
Tanpa berkata-kata, kunoichi itu mulai membuka mulutnya untuk memblowjob Minoru. Posisi penis Minoru yang tergantung terbalik tepat di depan mulut kunoichi itu. Kepala kunoichi itu maju mundur dan mulutnya menghisap kuat-kuat batang penis Minoru. Tangan kunoichi itu juga sesekali mengocok batang penis Minoru dan meremas-remas biji pelirnya.
Posisi Minoru yang sedang tergantung terbalik sambil diberikan rangsangan seksual rupanya sangat membuat Minoru bernafsu. Apalagi ketika dia melihat para kunoichi sedang menonton dengan intens dirinya diblowjob, hal ini membuat Minoru akhirnya terangsang juga. Tanpa bisa ditahan, penisnya perlahan mengacung tegak menikmati rangsangan kunoichi itu.
Minoru: AHHH! AAAHHH!! AAHHH!!
Nafsu Minoru sudah di ubun-ubun setelah tadi gagal melampiaskan hasratnya. Dalam posisi tergantung terbalik, Minoru berusaha menggoyangkan pinggulnya dengan susah payah untuk menyamai permainan kunoichi itu.
Setelah beberapa menit diberikan surga oleh kunoichi itu, Minoru merasakan dirinya akan ejakulasi. Namun Himari tiba-tiba bertanya.
Himari: Bagaimana? Bila kamu jujur pada kami, kami akan memberikanmu kenikmatan seksual seperti ini setiap saat.
Minoru: TIDAK! AKU TAKKAN BERKHIA... AAAHH! AAHHH!
Pikiran Minoru sudah kosong karena dirinya akan ejakulasi sebentar lagi.
Kunoichi itu lalu melepas kulumannya dan menengok ke arah Himari, dan Himari pun mengangguk ke kunoichi itu.
Kunoichi itu lalu kembali menghisap kemaluan Minoru. Kepala Minoru pun menggeleng-geleng karena keahlian blowjob kunoichi itu. Dia juga menjerit nikmat dan merem melek merasakan nikmatnya hisapan kunoichi itu.
Hanya beberapa detik saja, kunoichi itu merasakan denyutan penis Minoru. Dia pun tahu korbannya ini akan ejakulasi sehingga dia memberi tanda ke barisan kunoichi di belakangnya.
Melihat tanda itu, Himari dan para kunoichi lain yang menonton Minoru tersenyum misterius dari balik penutup mulut mereka. Tiba-tiba...
TEEESS!!
Minoru: GYYYYYYAAAHHHH!!
Rupanya dengan sekali gigitan, kunoichi itu menggigit kepala penis Minoru yang belum sempat ejakulasi itu sampai putus. Darah pun langsung muncrat dan menyembur dahsyat membasahi wajah kunoichi itu.
Minoru menggelinjang hebat di gantungannya dan mengeluarkan sumpah serapah akibat rasa perih dan sakit yang begitu dahsyat. Darah seperti air terjun mulai mengucur deras dari ujung penis Minoru yang sudah tanpa kepala itu.
Kunoichi itu lalu melepeh kepala penis Minoru ke lantai. Kepala penis Minoru yang tegang itu perlahan-lahan mengerut di atas lantai. Sedangkan batang penis Minoru pun perlahan mengecil kembali. Minoru masih merasakan horny yang luar biasa setelah dua kali gagal ejakulasi.
Kunoichi itu pun kembali ke barisannya lalu memakai kembali penutup mulut dan neko-te-nya.
Himari: Sekarang kamu tidak bisa merasakan kenikmatan seksual lagi. Bahkan air manimu masih tertahan di dalam. Semakin kamu tidak mengaku, kami akan terus memutilasi salah satu bagian tubuhmu. Telinga, mata, lidah, tangan dan kakimu akan kami mutilasi.
Minoru begitu ketakutan setelah kehilangan alat vitalnya, dan sambil menahan rasa sakit yang dahsyat, dia pun akhirnya buka mulut dan membocorkan rahasia klannya.
Setelah seluruh rahasia klannya dibocorkan, Himari memastikan apakah yang dibocorkan Minori sama dengan yang dibocorkan target mereka sebelumnya. Setelah memastikan kebenaran ucapan Minoru, Himari pun tertawa keras-keras.
Himari: HAHAHAHAHA!! Bodohnya dirimu!! Sekarang bukan hanya kehormatanmu yang hilang, tapi juga sekarang nyawamu akan hilang. Berikutnya klanmu juga akan musnah.
Minoru: Tapppii... tapppi...
Minoru begitu menyesali kebodohannya, tapi nasi sudah menjadi bubur.
Himari: Dalam dunia kunoichi, kami sudah diajarkan untuk menggunakan pesona tubuh kami dan juga kelihaian bersilat lidah dalam menyelesaikan misi. Kamu tahu temanmu sebelumnya? Dia menerima tawaranku untuk membuka rahasia klanmu. Kami tidak membunuhnya, dan sekarang dia menjadi budak seks kami. Sedangkan kamu sudah kehilangan penismu, dirimu tidak ada gunanya lagi bagi kami.
Minoru: Ttttt... Tollonnnggg... aampppunn... Ammppppunn... Ampppunnnn!!
Ratapan dan permohonan Minoru sudah tak ada gunanya. Dengan aba-aba Himari, para kunoichi itu mendekati Minoru untuk menyiksanya. Himari bisa saja membunuh Minoru hanya dengan sekali tusukan neko-te itu di perut Minoru, tapi tentu saja dia dan para kunoichi lain yang haus darah ini lebih senang bila korbannya mati menderita.
_____________________
Hanya dengan menggunakan neko-te mereka, para kunoichi itu menghabisi Minoru.
Salah satu kunoichi mencungkil kedua bola mata Minoru dengan memasukkan neko-te itu ke dalam lubang mata Minoru dan menarik bola mata Minoru keluar.
Setelah Minoru sudah buta, kunoichi yang lain melanjutkan dengan menusuk kedua telinga Minoru sampai menembus gendang telinganya. Salah satu kunoichi yang lain menarik lidah Minoru keluar dan menancapkan neko-te menembus lidah Minoru lalu dengan ketajaman cakar neko-te, kunoichi itu merobek-robek lidah Minoru. Kunoichi berikutnya memasukkan neko-te itu ke dalam hidung Minoru lalu menggoyang-goyangkannya sampai hidung Minoru hancur dan darah bercucuran dari hidung Minoru.
Setelah Minoru kehilangan indranya, sekujur tubuh dan wajah Minoru mulai disayat dan ditusuk dengan neko-te mereka. Disayat dan ditusuk oleh puluhan kunoichi membuat darah begitu banyak mengalir dari kulit dan badan Minoru. Tubuhnya sudah mandi darah sekarang dan sulit dikenali lagi.
Untuk siksaan terakhir, Himari sendiri yang akan mengeksekusi Minoru. Para kunoichi lainnya berhenti menyiksa Minoru dan menunggu pemimpin mereka untuk menghabisi Minoru.
Himari lalu membuka penutup mulutnya dan melepas neko-te-nya. Dia pun mulai mengulum biji pelir Minoru.
Walau sudah hampir mati, Minoru merasakan hasrat seksualnya yang belum terlampiaskan. Himari terus mengulum biji pelir Minoru sambil tangan kanannya mengocok sisa batang kejantanan Minoru. Rupanya hanya sebentar dikocok Himari, batang kemaluan Minoru yang sudah putus kepalanya itu bisa tegang kembali.
Kali ini, karena terdorong oleh darah, maka hanya sebentar saja Minoru ejakulasi. Banyak darah bercampur sedikit air mani menyembur dari ujung penis Minoru yang sudah somplak itu. Minoru sama sekali tak merasakan nikmat melainkan perih di ejakulasinya.
Tanpa membiarkan kemaluan Minoru lemas kembali, dengan brutalnya, Himari makin mempercepat kocokannya dan makin intens mengulum biji pelir Minoru untuk merangsang spermanya.
Kali ini hampir di setiap gerakan kocokan Himari, penis malang itu akan ejakulasi banyak darah bercampur sedikit sperma. Rasa perih dan nyeri luar biasa dirasakan Minoru di setiap ejakulasinya.
Himari pun mengarahkan darah dan air mani yang terus menyembur itu ke mukanya sampai mukanya banjir darah. Himari lalu menyuruh para kunoichi lain untuk mendekatkan wajah mereka ke kemaluan Minoru lalu mengarahkan ejakulasi Minoru ke wajah para kunoichi itu. Mereka melepas penutup mulut mereka dan bagai mencuci muka dari mata air, para kunoichi itu asyik mengelap wajah mereka dengan darah dan sperma dari ejakulasi Minoru.
Minoru yang sudah sekarat memohon agar Himari berhenti menyiksanya dan membunuh saja dirinya. Tapi tanpa lidah, suara Minori hanya terdengar seperti erangan saja.
Setelah 5 menit mengocok kemaluan Minoru, darah dan sperma hanya keluar sedikit sekali dari kemaluan Minoru. Sekarang kemaluan Minoru hanya menyemburkan banyak cairan bening saja.
Walau darah dan sperma Minoru sudah terkuras, Himari tanpa henti melanjutkan kocokan dan kulumannya. Ejakulasi cairan bening itu kembali disemprotkan ke wajahnya dan juga ke wajah para kunoichi lain. Erangan Minoru terdengar makin pelan di setiap ejakulasinya.
Setelah setengah jam disiksa Himari, Himari pun melepaskan tangannya dari batang penis Minoru dan mulutnya dari biji pelir Minoru. Wajah Himari dan juga wajah para kunoichi lain penuh dengan darah, sperma, dan cairan Minoru.
Para kunoichi itu pun meninggalkan Minoru sendirian tergantung terbalik di ruangan itu sampai ajalnya tiba.