Mei Zu adalah pemimpin dari geng wanita psikopat ini. Akibat diperkosa pamannya ketika kecil, Mei Zu menjadi sangat benci pada lelaki. Perlahan kebencian itu dipendam dan baru muncul ketika dirinya beranjak dewasa. Karena bencinya Mei Zu pada lelaki, Mei Zu menjadi psikopat dan sering menyekap pria hidung belang dan pria itu akan disiksa di tempat persembunyian rahasianya.
Zao Hao adalah mangsa paling malang dari kebrutalan Mei Zu. Sama seperti ketiga temannya yang lain, Mei Zu menyiksa mangsanya ini karena tantangan teman-temannya untuk menentukan siapa yang paling sadis di antara mereka.
Zao Hao hanyalah orang lewat saja, tapi dia sungguh bernasib sial. Di tengah malam, dia berpapasan dengan wanita psikopat ini di suatu gang sepi dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya. Mei Zu sudah lama tidak menyiksa pria, dan Zao Hao adalah mangsa acak yang dipilih Mei Zu untuk mati.
Di antara gang di sela-sela gedung, Zao Hao diajak berkencan oleh Mei Zu yang berpura-pura menjadi pelacur. Hasrat lelakinya Zao Hao tak bisa ditahan melihat seksinya Mei Zu dengan baju yang terbuka. Zao Hao pun masuk ke gang itu dan mendekati Mei Zu.
Di dalam gang sempit itu, tanpa malu-malu, Mei Zu membuka dua kancing atas bajunya dan menurunkan BH-nya lalu menyodorkan kedua buah dadanya yang ranum untuk diemut Zao Hao. Tanpa menyadari bahwa daerah itu terkenal sangat berbahaya, Zao Hao pun mulai asyik mengemut puting Mei Zu sambil meremas-remas buah dada Mei Zu yang ranum.
Mei Zu tersenyum sinis melihat mangsanya menghisapi puting payudaranya. Mei Zu rupanya sudah mengoleskan obat tidur di puting payudaranya itu. Setelah beberapa menit Zao Hao asyik mengemut dan memainkan payudara Mei Zu, dia pun perlahan mengantuk dan jatuh tertidur di atas dekapan Mei Zu.
Setelah Zao Hao tertidur, Mei Zu membopong pria malang itu ke dalam mobil yang diparkirnya di seberang jalan dan dia pun membawa Zao Hao ke pabrik terlantar di luar kota milik pamannya yang sudah meninggal. Mei Zu memegang kunci pabrik itu. Pabrik itu adalah tempat favorit Mei Zu untuk menyiksa mangsanya.
____________________________
Beberapa jam kemudian, Zao Hao pun terbangun dan dia mendapati dirinya sedang terbaring terlentang dengan posisi huruf X di atas meja tempat menempa besi. Kedua tangan dan kakinya diikat rantai dengan sangat kuat sampai dirinya kesulitan bergerak. Mulutnya disumpal kolor Mei Zu sehingga dia tak dapat berteriak. Hanya leher dan kepalanya saja yang bisa dia gerakkan.
Zao Hao menyadari dirinya sama sekali tidak tertutup sehelai benang pun. Dia melihat Mei Zu yang juga telanjang sedang duduk di atas meja itu menghadap ke batang penisnya.
Walau Zao Hao sangat ketakutan, tapi rasa hornynya tak bisa ditahan melihat tubuh indah Mei Zu dan parasnya yang begitu cantik.
Mei Zu: Hehehe... Cowok cabul, elu bakal gua kasih surga dulu sebelum ajal elu tiba.
Mendengar itu Zao Hao menjerit ketakutan dari balik sumpalannya dan kepalanya menggeleng-geleng dengan kuatnya.
Mei Zu lalu mengambil 5 botol minyak goreng dan menuang habis seluruh isinya ke sekujur badan Zao Hao, mulai dari kepala, badan, sampai ke penisnya. Minyak goreng itu lalu dibaluri oleh Mei Zu ke tubuh Zao Hao dan membuat seluruh tubuh Zao Hao menjadi sangat licin dan mengkilat. Penisnya tak bisa ditahan lagi untuk ereksi karena rangsangan Mei Zu.
Mei Zu menggigiti bibirnya melihat tubuh Zao Hao sudah begitu merangsang. Selesai membaluri tubuh Zao Hao, Mei Zu lalu mengambil 5 botol minyak goreng lagi, namun kali ini dia membaluri dirinya sendiri dengan minyak goreng itu. Melihat tubuh seksi Mei Zu yang mengkilat karena minyak goreng, mata Zao Hao jelalatan menikmati setiap inci tubuh penyiksanya itu. Selesai mwmbaluri tubuhnya dengan minyak goreng, Mei Zu pun menengok ke arah Zao Hao.
Mei Zu: Hehe... Cowok cabul, sekarang elu bakal merasakan nikmatnya dubur gua.
Mendengar ucapan Mei Zu, Zao Hao begitu merasa ketakutan bercampur horny karena dia belum pernah melakukan seks anal. Dia pun merintih dari balik sumpalannya. Tanpa basa-basi lagi, Mei Zu lalu memanjat ke area selangkangan tubuh mangsanya itu dan langsung memasukkan penis berminyak itu ke dalam duburnya. Karena begitu licinnya batang penis tersebut, Mei Zu tak terlalu kesulitan menancapkan batang Zao Hao masuk ke dalam dubur Mei Zu yang teramat sempit.
Zao Hao: GGGGGGYYYYAAHHH!!
Penis Zao Hao terasa hancur dijepit oleh lubang anus Mei Zu. Melihat wajah kesakitan Zao Hao, karena sudah licin, Mei Zu pun mulai menaik-turunkan perlahan pinggulnya untuk menggenjot Zao Hao. Terdengar desahan nikmat Mei Zu dan rintihan Zao Hao di antara berisiknya bunyi cipakan minyak goreng.
Mei Zu: Ahhh... Ahhh... Ayo cowok bego... Puasin gua sebelum elu mati... Uuaaaahhh...
Zao Hao terus merintih karena merasakan kombinasi sakit dan nikmatnya jepitan dubur Mei Zu. Minyak goreng itu juga rupanya menambah rangsangan pada penis Zao Hao, sehingga hanya kurang dari semenit digenjot oleh Mei Zu...
Zao Hao: MMMMHHHHH!!
CROT!
Bersamaan dengan rintihan Zao Hao, muncratlah air maninya di dalam anus Mei Zu. Mei Zu merasakan muncratan air mani Zao Hao dan denyutan batang penis Zao Hao di duburnya. Dia pun tersenyum sinis. Mei Zu lalu berhenti menggenjot dan beranjak berdiri dari tubuh Zao Hao. Terlihat air mani Zao Hao luber keluar dari sela-sela anus Mei Zu.
Mei Zu: Hehe... Karena elu ejakulasi dini, sekarang elu mesti dihukum. Elu mau gua apain ya? Perkosa? Mutilasi? Bingung... Ahahaha!!
Zao Hao sangat ketakutan mendengar ucapan dan tawa psikopat Mei Zu. Dari balik sumpalannya, dia terus merintih-rintih mohon belas kasihan Mei Zu.
Mei Zu hanya tertawa-tawa histeris mendengar permohonan Zao Hao. Tanpa mempedulikan erangan Zao Hao, Mei Zu lalu menuju ke meja di dekatnya dan mengambil amplas khusus yang teksturnya sangat kasar.
Mei Zu lalu mendekati Zao Hao yang sekarang sudah menangis. Mei Zu pun menggenggam penis malang itu dengan amplas itu. Baru digesek-gesekkan saja Zao Hao sudah menjerit kesakitan karena begitu kasarnya amplas itu. Sambil tersenyum sinis, Mei Zu pun memompa batang penis Zao Hao dengan amplas itu.
SRET! SRET! SRET!
Zao Hao: HMMMPHHH!! HMMPPH!! HHHHMMMPPPHH!!
Mei Zu: Cowok... Gua ga akan berhenti amplas elu sampe elu ereksi lagi gyahahaha!!
Muka Zao Hao pucat pasi karena brutalnya handjob Mei Zu. Zao Hao bukan hanya merasakan sakitnya gesekan amplas laknat itu, tapi juga sensitifnya batangnya setelah muncrat tadi ditambah licinnya minyak goreng di penisnya.
Mei Zu tidak hanya mengamplas batang penis malang itu, dia juga mengamplas kepala penis Zao Hao. Karena begitu sakitnya rangsangan Mei Zu, Zao Hao mulai menjerit kesetanan dari balik sumpalan mulutnya. Jeritannya tidak terdengar jelas, tapi isinya adalah sumpah serapah dan permohonan ampun pada Mei Zu. Darah mulai mengalir di setiap kocokan amplas Mei Zu akibat kulit kemaluan Zao Hao perlahan terkelupas.
Akhirnya setelah 5 menit penisnya dikocok secara brutal oleh Mei Zu, batang penis Zao Hao pun perlahan tegang. Namun terlihat kulit penis Zao Hao juga mengelupas hebat. Darah mulai mengalir dan membasahi kertas amplas itu sampai warnanya merah pekat. Bahkan sedikit daging Zao Hao terlihat menempel di kertas amplas itu.
Tanpa mempedulikam kondisi mengenaskan kemaluan Zao Hao, Mei Zu bersiap untuk bercinta lagi dengan Zao Hao.
Mei Zu: Hehe... Titit elu udah siap buat gua anal lagi ahahahaha!! Tapi biar elu ga ejakulasi dini gua mesti lem saluran kencing elu.
Mendengar itu, Zao Hao menjerit ketakutan dari balik penyumpalnya. Mei Zu berjalan keluar meninggalkan Zao Hao. Dia lalu kembali sambil membawa sebotol lem besi. Dengan dingin Mei Zu menuangkan seluruh isinya ke dalam urethra Zao Hao.
Zao Hao: Ggggggghhhhh...
Lem besi itu direkatkan dengan begitu kuat oleh Mei Zu di seluruh saluran urethra Zao Hao sehingga tak ada celah sama sekali untuk setetes pun cairan Zao Hao bisa keluat.
Mei Zu: Ahahaha... Titit elu sekarang udah mampet.
Mei Zu pun memanjat lagi tubuh Zao Hao. Zao Hao menggeleng-gelengkan kepalanya sambil merintih. Namun Mei Zu tetap memasukkan penis Zao Hao yang sudah berdarah-darah itu ke dalam duburnya untuk kedua kalinya.
Zao Hao: MMMMMMHHHHH!!
Kali ini Mei Zu harus sedikit memaksa agar batang penis Zao Hao dapat masuk ke lubang anusnya. Lolongan kesakitan Zao Hao terdengar bergema di ruangan itu ketika penisnya yang sudah botak dan berdarah-darah itu dipaksa masuk ke dalam dubur Mei Zu.
Setelah penis Zao Hao tertancap seluruhnya di lubang anus Mei Zu, dia merasakan perih dan panas di batang penisnya yang sudah tanpa kulit itu. Dia pun makin kelojotan ketika Mei Zu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dan menggenjotnya.
Mei Zu: Aaahhh... ahh... Ahh... ahhhh...
Tanpa memperdulikan penderitaan mangsanya, Mei Zu terus mendesah nikmat sambil menggenjot dan mengencangkan otot duburnya. Karena begitu kencangnya otot dubur Mei Zu, hanya 2 menit digenjot, di tengah-tengah perih batangnya, Zao Hao merasakan air maninya akan keluar untuk kedua kalinya, tapi...
Zao Hao: UUUUUGGGGHHH!!
Zao Hao merasakan sakit ketika lem besi itu membuat maninya tertahan di pangkal batangnya. Zao Hao pun makin menjerit kesetanan dari balik sumpalannnya karena Mei Zu tidak berhenti menggenjotnya. Rasa sakit gesekan dubur Mei Zu di penis botaknya bercampur dengan rasa sakit akibat ejakulasi yang tertahan lem besi membuat Zao Hao berusaha meronta-ronta dalam walau dalam posisi terpasung.
Mei Zu tertawa-tawa kesetanan melihat usaha sia-sia Zao Hao dengan ekspresi kesakitan bercampur horny Zao Hao. Dia pun makin liar menggenjot mangsanya itu. Penis botak Zao Hao makin hancur di dalam dubur Mei Zu dan darah mulai terlihat mengalir keluar dari pertemuan penis Zao Hao dan lubang anus Mei Zu.
Zao Hao menjerit-jerit hebat karena rasa sakit yang makin menjadi-jadi. Batang penisnya serasa hancur dan terbakar oleh otot dubur Mei Zu. Tapi dengan dingin, Mei Zu terus menggenjot mangsanya itu. Sudah puluhan kali orgasme kering Zao Hao sama sekali tidak terasa karena dikalahkan oleh rasa sakit dan perih di batang penisnya.
Setelah lebih dari sejam bercinta dengan mangsanya, barulah Mei Zu pun mengalami orgasme anal.
Mei Zu: Uuuuaaaahhh!! NIKMAAATTT!! Aaahhhhhh... Aahhhh...
Setelah puas orgasme, Mei Zu pun beranjak bangun dari badan Zao Hao yang sudah setengah mati. Walau berdarah-darah hebat, kemaluan Zao Hao terlihat masih mengacung tegak karena air maninya masih tertahan di pangkal batangnya.
Mei Zu: Cowok... Sekarang gua mau makan titit elu ahahahaha!!
Mei Zu lalu beranjak keluar menuju ke arah dapur.
Zao Hao tak percaya pendengarannya dan mengira Mei Zu hanya bercanda. Namun ketika dia melihat Mei Zu membawa pisau dan bensin beserta korek api di tangannya, dia pun ketakutan setengah mati dan mulai menjerit-jerit minta ampun dari balik sumpalannya.
Mei Zu tak peduli dengn jeritan Zao Hao. Dia lalu mendekati Zao Hao dan menuang bensin yang dibawanya ke seluruh kemaluan Zao Hao. Melihat itu, Zao Hao sontak menjerit-jerit hebat dari balik sumpalannya dan berusaha berontak. Melihat usaha sia-sia mangsanya itu, Mei Zu tertawa-tawa histeris.
Mei Zu: Saatnya kita BBQ titit elu hahahaha!!
Mei Zu lalu menyalakan korek api dan melemparnya ke kemaluan Zao Hao yang sudah berlumur bensin. Sontak saja api langsung membesar dan melahap kemaluan malang itu.
Akibat rasa sakit yang tak tertahankan, Zao Hao berteriak hebat dari balik sumpalannya dan menggelinjang hebat di pasungannya. Matanya menatap nanar kemaluannya yang dilahap habis oleh api.
Beberapa menit kemudian, setelah Mei Zu merasa kemaluan Zao Hao sudah cukup matang, Mei Zu keluar untuk mengambil air comberan yang ada di dekat pabrik itu. Dia lalu kembali membawa dua ember yang berisi air bersih dan comberan. Dia pun memadamkan api itu dengan air bersih itu. Setelah api itu padam, Mei Zu pun meremas-remas kemaluan Zao Hao. Terlihat kemaluan Zao Hao sekarang mengkerut dan berwarna hitam pekat karena gosong.
Setelah itu, dengan pisau dapur dan tanpa anestesi apapun, Mei Zu mulai mencincang alat kelamin Zao Hao. Jeritan histeris Zao Hao terus terdengar dari balik sumpalannya sementara Mei Zu memutilasi pelir dan batang Zao Hao.
Setelah beberapa menit dicincang, akhirnya pelir dan batang Zao Hao terpotong seluruhnya dari pangkalnya. Zao Hao sendiri sudah pingsan akibat rasa sakit yang tak terkatakan. Darah segar pun sangat banyak membanjiri meja itu dari selangkangan Zao Hao.
Tanpa rasa jijik, Mei Zu pun memakan kemaluan Zao Hao dan mengunyahnya. Darah segar terlihat keluar dari sela-sela mulut Mei Zu.
Mei Zu: Mmmmm... Darah dan sperma kombinasi rasa kesukaan gua...
Untuk membangunkan Zao Hao yang pingsan, Mei Zu lalu mengambil ember satu lagi yang berisi air comberan dan menjejalkan kepala Zao Hao ke dalam ember itu.
Mei Zu: Bangun!! Gua ga suruh elu pingsan!
Zao Hao gelagapan karena air comberan itu akhirnya terbangun dan tersadar. Dia kembali memohon ampun terus-menerus dari balik sumpalannya.
Zao Hao: MMMMMMHHHHH!! MMMMMFFFFFFHHH!! MMMMFFHH!!
Mei Zu tetap tidak berhenti walau mangsanya itu sudah kehilangan kejantanannya. Untuk siksaan penghabisan, Mei Zu berencana untuk seks anal dengan dildo berduri miliknya.
Mei Zu pun menuju ke laci rahasia di dekatnya. Dari dalam dalam laci itu, dia mengambil dildo yang sangat panjang dan berduri besar. Diikatnya dildo kematian itu di pinggangnya.
Dengan dingin, Mei Zu lalu menindih Zao Hao dan perlahan menancapkan dildo berduri itu ke dalam lubang anus Zao Hao. Karena posisinya sangat sulit untuk penetrasi dildo itu dan karena kurangnya pelumas, Mei Zu dengan susah payah menancapkan dildo berduri itu ke lubang anus Zao Hao. Perlahan dubur Zao Hao sobek ketika dildo berduri itu mulai menancap dari posisi yang begitu ekstrim. Jeritan luar biasa Zao Hao terdengar seperti musik untuk Mei Zu. Darah segar mulai luber dari sobekan lubang anus Zao Hao. Setelah dildo berduri itu masuk seluruhnya dengan susah payah, Mei Zu pun mulai menyodok-nyodok cepat untuk memulai penyiksaannya.
Zao Hao sontak menjerit-jerit kesetanan diperkosa oleh dildo Mei Zu. Karen dildo itu sangat panjang dan berduri besar, daging dari organ-organ dalam Zao Hao perlahan dicacah oleh dildo laknat Mei Zu.
Mei Zu: Ahahaha!! Gua ga akan berhenti sampe elu mati ahahaha!!
Zao Hao hanya bisa meronta dan menjerit-jerit kesetanan akibat rasa sakit yang tak tertahankan dari sodokan dildo berduri Mei Zu. Tiap sodokan Mei Zu membuat kesadarannya makin hilang akibat rasa sakit yang dahsyat.
_______________________
Hanya 10 menit diperkosa anal oleh Mei Zu, Zao Hao meregang nyawa akibat syok karena organ-organ dalamnya hancur oleh dildo berduri itu. Darah beserta potongan daging belepotan di atas meja kematian itu.
Setelah memastikan mangsanya tidak bernafas lagi, Mei Zu melepaskan kolornya dari mulut Zao Hao. Dia pun memakai kembali pakaiannya. Setelah itu dia melepaskan ikatan Zao Hao dan membuang mayat beserta sisa-sisa daging Zao Hao juga seluruh barang Zao Hao ke dalam bak kecil tempat untuk menaruh besi cair. Mei Zu lalu menuang satu drum bensin ke dalamnya dan membakarnya dengan korek api. Api yang sangat besar menjilat keluar dari bak itu dan dengan cepat melalap habis seluruh benda Zao Hao menjadi abu dan membakar mayat Zao Hao menjadi tengkorak.
Setelah 1 jam terbakar, sisa tulang belulang Zao Hao yang tidak menjadi abu dimasukkan Mei Zu ke dalam tungku pencetakan besi.
Selanjutnya, jejak darah Zao Hao dibersihkan Mei Zu dengan cairan kimia sampai bersih sepenuhnya. Setelah memastikan jejak pembunuhannya tertutup dengan rapi, Mei Zu pun mengendarai mobilnya kembali ke kota, seakan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Baik keluarga Mei Zu maupun teman-teman Mei Zu tidak pernah ada yang tahu kekejiannya.
Hanya ketiga teman psikopatnya yang tahu cerita ini. Dari keempat cerita mereka di diari mereka, akhirnya diputuskan bahwa penyiksa paling sadis adalah Mei Zu, lalu diikuti oleh Fei Lin, dan berikutnya Fang-Fang, dan terakhir adalah Aling.