Diari 4 Cewek Psikopat (Epilog)

Ketika sedang berjalan di tengah hutan di sore hari, seorang petualang bernama Chao Hao menemukan sebuah gedung terlantar di tengah hutan. Karena penasaran, dia pun lalu masuk ke gedung itu. Hanya ada satu pintu untuk masuk gedung itu.


Chao Hao pun memberanikan diri masuk dan menjelajahi gedung itu. Ruangan di dalamnya tidak terlalu luas, tapi gedung itu sangat gelap dan dalam. Ketika Chao Hao sampai di ujung, dia menemukan hanya ada tembok dengan sebuah lift rusak. Chao Hao heran kenapa ada lift padahal gedung itu hanya berlantai satu. 

Hampir saja dia beranjak pergi dari sana, tapi dari bawah lift itu, samar-samar dia mendengar ada suara desahan wanita. Rasa ingin tahu Chao Hao membuatnya mencari pintu masuk ke ruang bawah tanah tersebut. Setelah 20 menit mencari, dia menemukan di sebelah lift itu ada tembok rahasia yang tangganya menuju ke bawah.

Dia pun turun ke sana. Di sana ada lorong dengan pintu-pintu di sebelahnya, mirip dengan penjara bawah tanah. Dia pun mengintip pintu pertama yang dilewatinya. 

Dia kaget bukan kepalang melihat seorang pria sedang berhubungan badan dengan seorang wanita. Tapi kedua tangan dan kedua kaki pria itu sedang dirantai di atas ranjang. Di atasnya, ada seorang wanita sedang kesetanan menggenjotnya. Pria itu sudah terlihat hampir mati dan hanya tinggal kulit dan tulang saja. Walau sedang disetubuhi, pria itu tak merespons wanita itu. Terdengar erangan pelan minta ampun dari pria tersebut yang dibarengi dengan desahan dan jeritan nikmat wanita itu.  Chao Hao heran bercampur ngeri melihat wanita itu seperti orang kesurupan.

Dia lalu melanjutkan melihat kamar kedua. Di sana dia melihat pemandangan yang sangat menjijikan dimana kamar itu penuh dengan kotoran manusia. Di sana ada seorang pria telanjang di lantai dan sudah tak bergerak lagi dan seorang wanita tanpa busana sedang membuang hajatnya ke dalam mulut pria itu. Terlihat juga darah haid belepotan di mulut pria itu sampai ke lantai kamar itu. Air seni juga membanjiri kamar itu. Bau kamar itu begitu menyengat sampai menyeruak keluar. Membayangkan pria itu hanya diberi makan kotoran, dan minum kencing dan darah haid hampir membuat Chao Hao muntah.

Chao Hao lalu lanjut melihat kamar ketiga. Di kamar ini dia melihat seorang wanita telanjang membelakanginya. Wanita itu sedang asyik menyepong penis seorang pria di depannya yang sedang tergeletak tak berdaya di atas lantai. Tapi ketika diperhatikan, rupanya kemaluan pria itu bukan sedang dihisap melainkan sedang digigiti sampai putus oleh wanita psikopat itu. Bahkan biji pelir pria itu pun sudah tercabik-cabik. Jeritan memilukan pria itu begitu keras terdengar sampai ke luar ruangan. Wanita itu lalu melepeh bagian daging kemaluan yang tadi digigitnya sampai putus itu dan lanjut menggigit bagian lain dari kemaluan pria itu. Darah terus mengalir dari kemaluan malang itu. Chao Hao sangat ketakutan melihatnya dan ingin segera lari dari sana.

Tapi Chao Hao masih penasaran dan dia pun mengintip kamar terakhir. Di ruangan itu dia melihat seorang pria yang wajah dan tubuhnya sudah berdarah-darah sedang diikat kedua tangan dan kedua kakinya membentuk posisi X dengan rantai yang menempel di dinding. Batang penis pria itu sedang dikocok dengan kertas amplas oleh seorang wanita telanjang yang sangat seksi. Suara gesekan amplas yang sangat kasar itu bercampur jeritan kesakitan pria itu terdengar sampai ke luar ruangan. Sebentar kemudian pria itu ejakulasi dan menyemprotkan air maninya yang bercampur darah ke dalam gelas yang dipegang oleh wanita itu. Terlihat  gelas itu sudah setengah terisi oleh air mani pria itu. Tanpa berhenti setelah ejakulasi, wanita itu lanjut mengamplas penis pria itu dan makin membuat pria itu menjerit kesetanan. Terlihat penis itu sudah tanpa kulit dan dagingnya sudah hancur. Saking ngerinya pemandangan itu, Chao Hao tak sengaja mengeluarkan suara. Tiba-tiba wanita di dalam ruangan itu menengok ke arah dirinya. Melihat itu, Chao Hao tanpa pikir panjang langsung berlari untuk kabur dari sana.

Tapi...

Tiba-tiba di hadapannya sudah berdiri 3 wanita menghadangnya. Chao Hao sangat ketakutan dan berusaha menerobos mereka. Tapi wanita pertama bernama Fei Lin langsung menendang biji pelir pria itu dengan dengkulnya.

Chao Hao: GYAAHHH!!

Chao Hao memegangi biji pelirnya yang ditendang Fei Lin. Chao Hao merasa mual dan matanya langsung berkunang-kunang. Kedua wanita lainnya yaitu Aling dan Fang-Fang dengan sigap memiting kedua tangan Chao Hao dari belakang. Setelah Chao Hao terpiting, Fei Lin kemudian mendekat ke badan Chao Hao. Kedua tangan Fei Lin memegangi pundak Chao Hao dan akan bersiap menendang lagi biji pelir Chao Hao dengan dengkulnya.

Walau Chao Hao sekuat tenaga berontak, tenaganya bukan tandingan ketiga cewek psikopat itu. Sekarang dia benar-benar sudah terkunci dan tak berdaya dengan posisi selangkangan terbuka. Fei Lin  pun  mulai menendang lagi pelir Chao Hao dengan dengkulnya. 

Jeritan Chao Hao bergema di lorong sempit itu. Setelah beberapa kali tendangan, Fei Lin lalu memelorotkan celana Chao Hao dan juga kolornya. Sekarang batang penis Chai Hao sudah terekspos.

Fang-Fang: Kita bikin tititnya ngaceng dulu biar tendangan elu makin mantep.

Aling: Uuuhhh... Uuhhhh... Penis kakak gede banget. Aling demen banget.

Kaki kanan Aling lalu naik ke atas penis Chao Hao dan Aling mulai memberikan footjob dengan menjepit penis Chao Hao dengan jempol kaki dan telunjuk kakinya. Setelah terjepit, dengan kaki dikocok-kocoknya penis itu maju mundur sampai perlahan penis Chao Hao menegang.

Fang-Fang: Ahahaha... Ngaceng dia. Sini aku bantu kamu, Aling.

Kaki kiri Fang-Fang juga naik di sebelah kaki Aling lalu mulai memainkan biji pelir Chao Hao dari belakang. Sama seperti Aling, Fang-Fang menjepit biji pelir itu dengan jempol dan telunjuk kakinya. 

Dirangsang mereka berdua, Chao Hao merem melek keenakan dan mulai meracau dan mendesah. Setelah beberapa menit dirangsang, Chao Hao tak bisa menahan penisnya ereksi. Kedua wanita itu terus melanjutkan rangsangan mereka pada Chao Hao sampai penisnya ereksi sempurna, Setelah melihat penis Chao Hao tegak, kedua wanita itu berhenti merangsang Chao Hao.

Fei Lin: Wah udah gede burung elu ya. Tapi apa burung elu masih bisa gede setelah gua giniin.

Fei Lin lalu menendang kuat-kuat alat kelamin Chao Hao sampai terdengar bunyi keras.

POOOOKKKK!!

POOOOKKKK!!

Chao Hao: GYAAAHHH!! GYYYYYAAH!! STOP!! STTOOPP!! SAAAKKIIITTT!!

Pandangan Chao Hao langsung berkunang-kunang. Chao Hao pun memohon ampun pada Fei Lin agar jangan menendang lagi biji pelirnya. Tapi Fei Lin tak peduli dan terus menendangi biji pelir Chao Hao, kadang dengan telapak kakinya, kadang dengan dengkulnya. Jeritan Chao Hao kembali terdengar bergema di lorong itu.

Setelah beberapa lama ditendangi, batang penis Chao Hao yang tadi ereksi perlahan mengecil. Setelah penis Chao Hao loyo, kedua wanita di belakangnya mulai merangsang lagi batang penisnya sama seperti tadi. Setelah ereksi sempurna, Fei Lin melanjutkan proses menendangi biji pelir Chao Hao. Chao Hao hanya bisa menjerit kesetanan karena rasa sakit yang luar biasa yang mengalir dari biji pelirnya.

Selama setengah jam, mereka menyiksa Chao Hao dengan bergantian antara Aling dan Fang-Fang merangsang penisnya lalu Fei Lin menendangi biji pelirnya. Chao Hao sudah menangis dan minta ampun karena tidak tahan rasa sakit akibat biji pelirnya yang terus ditendangi dengan sekuat tenaga oleh Fei Lin. 

Terhitung sudah 5 kali Chao Hao muntah akibat tendangan Fei Lin. Namun tanpa bisa ditahan, footjob kedua wanita di belakangnya membuat penisnya meluberkan sedikit air mani.

Melihat itu, Fei Lin makin beringas menendang biji pelir Chao Hao dan akhirnya dengan tendangan brutal Fei Lin, penisnya pun ejakulasi dan memuncratkan laharnya. 

CROT!

CROT!

CROT!

Setiap tendangan Fei Lin terus membuat penisnya memuncratkan sisa-sisa laharnya dari ejakulasi sebelumnya. Chao Hao pun menjerit antara rasa sakit dan nikmat sementara ketiga penyiksanya itu tertawa-tawa melihat kemaluan Chao Hao yang sudah merah dan bengkak.

Dari belakang, tiba-tiba Mei Zu datang menginterupsi siksaan mereka.

Mei Zu: Oke cukup girls nyiksa ni cowok. Jangan sampai spermanya sia-sia jatuh ke lantai.

Mendengar perintah Mei Zu, pitingan Chao Hao pun dilepas oleh mereka. Tanpa membuang waktu, Mei Zu lalu memeluk Chao dan memfrench kiss Chao Hao. Mendadak diperlakukan demikian, Chao Hao gelagapan. Dia yang sudah kepayahan sekarang menikmati permainan lidah Mei Zu dengan lidahnya. Dia tak sadar Mei Zu menyuntikkan jarum suntik berisi cairan pelumpuh di lehernya.

Chao Hao: ARRRGGGHH!!

Mei Zu: Hehe dasar semua cowok sama aja. Ngeliat cewek cantik langsung lupa daratan.

Chao Hao langsung merasakan seluruh tubuhnya lemas dan tak kuat berdiri. Dia bahkan tidak bisa berbicara lagi. Racun yang disuntikkan Mei Zu melumpuhkan seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki.

Mei Zu:  Obat dari lu emang cepet dan efektif, Fang-Fang hehe... Ayo girls, kita gotong dia ke ruang operasi.

Para wanita psikopat itu pun melucuti seluruh pakaian Chao Hao dan juga melepas tas yang dibawa Chao Hao. Lalu dia diseret ke aula tengah di ujung lorong itu. Di sana banyak tulang belulang manusia dan bekas darah kering ditambah bau anyir yang sangat tajam. Chao Hao sangat ketakutan akan kemungkinan dirinya akan menemui ajalnya di sini.

Keempat cewek psikopat itu lalu menidurkan Chao Hao di atas meja operasi dan mengikat kedua tangan dan kaki Chao Hao. 

Mei Zu: Besok kita balik buat eksekusi elu setelah efek pelumpuh tadi habis.

Mei Zu, Fei Lin, dan Fang-Fang lalu memakai pakaiannya dan bersiap pulang. Mangsa mereka sebelumnya ditinggalkan di sel mereka masing-masing untuk mati di sana.

Hanya Aling yang tetap melanjutkan senggama dengan mangsanya sampai mangsanya mati.

_______________________________

Besok sorenya...

Ketiga wanita psikopat itu datang sudah tanpa busana ke meja operasi tempat Chao Hao diikat. Aling juga menyusul ke sana setelah mangsanya baru saja mati.  Efek obat pelumpuh Mei Zu sudah habis dan Chao Hao bergerak-gerak kesetanan sambil mulutnya meracau dan minta ampun. 

Selain rasa takut, Chao Hao juga merasa horny karena dikelilingi para wanita iblis yang telanjang itu. Walau psikopat, kecantikan dan keseksian badan dari keempat wanita ini memang membuat darah banyak lelaki berdesir.

Chao Hao: Ampunnnn... lepasin gua. Jangan bunuh gua. Gua rela jadi budak kalian seumur hidup.

Fang-Fang: Heh bego... Elu tau sia-sia mohon ampun sama kita.

Fei Lin: Anjing yang mau dikebiri emang selalu ribut.

Aling: Mangsa Aling udah mati. Aling perlu mainan baru kak.

Mei Zu melihat penis Chao Hao yang masih hanya sedikit tegak lalu berkata padanya.

Mei Zu: Heh cowok... Kalo elu bisa kaga tegang dalam 2 menit ini, elu bakal kita lepas. Tapi kalo titit elu sampe tegang sebelum waktunya, elu akan disiksa sampai mati ahahahaha!!

Mendengar itu, Chao Hao sangat ketakutan. Dia pun berusaha untuk membuat penisnya loyo kembali. Tapi Mei Zu lalu memanggil Fang-Fang untuk merangsang Chao Hao. 

Fang-Fang lalu mendekati Chao Hao dan langsung memompa penis Chao Hao yang masih setengah tegak itu. Walau sangat ketakutan Chao Hao tak bisa menahan desahannya karena kuatnya handjob Fang-Fang.

Tanpa bisa ditahan, penis Chao Hao perlahan mulai ereksi. Fang-Fang pun tersenyum sinis melihat ekspresi Chao Hao yang terlihat berusaha dengan sia-sia untuk menahan penisnya tidak ereksi. Secara konstan tangan kanan Fang-Fang terus memompa batang penis Chao Hao.

Akhirnya sekitar semenit dikocok, penis Chao Hao pun tegang sempurna. Melihat itu, Fang-Fang pun berhenti mengocok penis Chao Hao dan melepaskan genggaman tangannya dari penis Chao Hao. Dia lalu menengok ke arah Mei Zu. Terlihat batang penis Chao Hao sudah mengacung tegak di depan keempat wanita psikopat itu. Ekspresi muka Chao Hao terlihat sangat ketakutan.

Mei Zu: Hehehe cowok... Kemaluan elu udah mengkhianati elu. Sesuai janji, saatnya elu menemui ajal ahahaha!!

Chao Hao pun mulai menjerit minta belas kasihan mereka agar jangan sampai dirinya dibunuh. Tapi geng psikopat itu malah tertawa-tawa dengan histeris.

Tanpa mempedulikan permohonan Chao Hao, Mei Zu lalu mengambil beberapa buah karet gelang dari meja di dekatnya lalu memberikannya pada Fang-Fang. Dengan cepat Fang-Fang mulai mengikat mati kemaluan Chao Hao dengan melilitkan karet-karet gelang itu di pangkal batang penis Chao Hao. Total 6 karet gelang diikatkan Fang-Fang. Kemaluan Chao Hao sekarang terlihat penyet di tempat karet-karet gelang itu diikatkan.

Chao Hao: HYYAAAHHH!!

Fang-Fang: Sekarang peju dan kencing elu dah mampet. 

Aling: Teman-teman, Aling duluan ya. Aling udah horny banget.

Mei Zu pun memberikan izin untuk Aling memperkosa Chao Hao.

Aling: Uuuhhhh... Siap-siap ya kak. Aling ga akan lepas penis kakak sampai Aling orgasme.

Chao Hao pun berteriak ketakutan karena tahu nasib pria yang disetubuhi oleh Aling.

_____________________________

Siksaan Aling hanya permulaan dari neraka seks yang dialami Chao Hao. Setelah beberapa jam tanpa henti digenjot oleh Aling, kemaluan Chao Hao lanjut dirangsang secara bergantian oleh para wanita psikopat itu. Kemaluannya yang terikat mati itu dikocok, disepong, diberikan servis titjob dan footjob, sampai digenjot.

Kadang para wanita psikopat datang berdua, bertiga, bahkan berempat sekaligus untuk melakukan pesta seks orgy dengan Chao Hao. Surga seks yang dirasakan Chao Hao pada awalnya dengan cepat berubah menjadi neraka seks.

Di gedung itu tersedia banyak makanan, minuman dan tempat tidur untuk para cewek psikopat itu memulihkan energi, namun Chao Hao sendiri tidak diberi makan dan minum sama sekali. Bahkan Chao Hao tidak dibiarkan istirahat oleh mereka.

Penderitaannya masih ditambah dengan air mani dan air kencingnya yang mampet. Chao Hao begitu tersiksa karena kandung kemihnya sudah begitu penuh tapi dirinya tak bisa kencing. Rasa sakit yang luar biasa karena menahan kencing ditambah dengan penderitaannya orgasme kering tanpa ejakulasi. 

Selama diikat di atas meja kematian itu, sudah ratusan kali Chao Hao dipaksa orgasme kering oleh para cewek psikopat itu. Kombinasi rasa sakit yang luar biasa dan horny membuat Chao Hao terus melolong kesakitan sambil mengejang.

Semakin lama, jeritan dan racauan Chao Hao terdengar makin keras dan tanpa henti dibarengi dengan desahan-desahan nikmat para wanita iblis itu. Gabungan jeritan Chao Hao dan desahan mereka yang bergema di ruangan pengap itu makin menambah nafsu para wanita bejat itu untuk semakin ganas menyiksa Chao Hao.

____________________________

Semalam berlalu...

Esoknya di pagi hari, giliran shift Mei Zu untuk menyiksa Chao Hao. Ketika dia masuk ke ruangan, dia melihat kondisi penis Chao Hao yang sudah sangat mengenaskan. Batang penis Chao Hao terlihat sudah berwarna hitam dan hampir membusuk karena darah dan kencingnya yang mampet di saluran kencingnya. 

Karena penis Chao Hao sudah sangat bengkak, karet gelang itu hampir tak bisa menahannya. Mei Zu  pun memanggil ketiga temannya yang lain untuk melihat kondisi Chao Hao.

Mei Zu: Girls, liat ni cowok ahahaha!!

Ketiga teman Mei Zu pun datang dan masuk ke ruangan itu. Di hadapan mereka, Chao Hao terus mengiba sambil menangis meminta belas kasihan mereka. Tapi para wanita psikopat itu hanya tertawa saja mendengar tangisan Chai Hao.

Mei Zu: Ahahaha... Cowok, saatnya sperma elu kita abisin.

Di tengah tangisan Chao Hao, Mei Zu pun lalu mendekati Chao Hao dengan membawa gelas ukur beserta cutter dan amplas di tangannya. 

Dengan cutter itu, Mei Zu dengan cepat memotong karet yang diikat di penis Chao Hao. Tanpa terhindarkan, daging kemaluan Chao Hao juga ikut tersilet dan mulai mengeluarkan darah. Setelah lilitan karet itu terpotong, ujung penis Chao Hao yang sudah hampir membusuk itu langsung meluberkan sedikit sperma bercampur darah berikut juga air kencing yang sudah ditahan berhari-hari.

Sambil tertawa histeris, Mei Zu memberi tanda pada gengnya bahwa dia akan mulai menyiksa Chao Hao. Di depan Chao Hao, tangan kiri Mei Zu menggenggam gelas ukur sedangkan tangan kanan Mei Zu mulai menggenggam batang penis Chao Hao dengan amplas di tangannya.

Mei Zu: Cowok... Gimana rasa amplas ini ahahahahaha...

Chao Hao mulai menjerit-jerit ketika sedikit saja Mei Zu menggesekkan amplas itu. 

Mei Zu: Elu harus penuhin gelas ukur ini dengan cairan elu ahahahaha...

Sehabis berkata demikian, Mei Zu langsung dengan kasar memompa batang Chao Hao dengan amplas itu. Bunyi gesekan amplas dari kocokan Mei Zu terdengar memenuhi ruangan itu dibarengi jeritan kesakitan Chao Hao.

CROT!

Kocokan Mei Zu memaksa Chao Hao mengeluarkan laharnya. Namun Mei Zu tidak berhenti mengocok setelah mangsanya ejakulasi sehingga membuat Chao Hao mulai menjerit dan meronta.

Mei Zu: Ahahahaha... Masih dikit cairan elu...

15 menit kemudian...

CROT! 

Mei Zu pun memaksa mangsanya untuk ejakulasi kedua kalinya. Setiap ejakulasi Chao Hao dimasukkan Mei Zu ke dalam gelas ukur itu. Tanpa istirahat sedikit pun, Mei Zu kembali memompa batang penis malang itu dengan amplas. Darah dari bekas silet dan kulit Chao Hao yang mulai sedikit terkelupas berceceran di tangan Mei Zu. Karena rasa sakit hebat di setiap pompaan Mei Zu membuat Chao Hao mulai mengeluarkan sumpah serapah.

Untuk membuat penis Chao Hao kembali tegang dan ejakulasi, setiap beberapa waktu Chao Hao dipaksa untuk menelan obat khusus yang biasa dipakai para wanita psikopat itu untuk menyiksa korban-korban mereka sebelumnya dengan siksaan seks. Obat itu khusus dibeli Fang-Fang dari pasar gelap dan memiliki efek yang mengerikan karena akan terus membuat batang penis korbannya tegang dengan cara mengalirkan darah tanpa henti dan begitu deras ke area penis.

Setelah 20 menit lagi diamplas Mei Zu, kulit kemaluan Chao Hao makin terkelupas dan berdarah-darah. Tapi gelas ukur itu baru sedikit saja terisi.

Chao Hao sendiri sudah hampir pingsan karena rasa ngilu dan perih yang begitu dahsyat. Jerit kesetanan, sumpah serapah, dan isak tangis Chao Hao selama dikocok Mei Zu membuat vagina ketiga teman Mei Zu basah. Mereka pun mulai saling memasturbasi sambil menonton Mei Zu menyiksa mangsanya.

Setelah hampir satu jam mengocok Chao Hao, Mei Zu pun kelelahan. Dia lalu meminta Aling untuk lanjut mengamplas kemaluan Chao Hao yang sudah sangat berdarah-darah itu. Mereka pun akhirnya secara bergantian mengamplas kemaluan Chao Hao. Ejakulasi demi ejakulasi dialami Chao Hao, namun batang penis malang itu tidak bisa loyo karena efek obat yang terus dicekoki ke dalam mulut Chao Hao.

___________________________

6 jam kemudian...

CROT!

CROT!

CROT!

Dalam beberapa jam terakhir, puluhan ejakulasi Chao Hao sudah hanya mengeluarkan darah saja tanpa air mani sedikit pun. Gelas ukur itu akhirnya penuh juga walau isinya sekarang sudah penuh dengan darah. Fang-Fang yang sedang mendapat giliran mengocok melepas genggaman tangannya dari batang Chao Hao. Terlihat kemaluan Chao Hao yang masih tegang itu sudah tak berbentuk lagi karena dagingnya sudah hampir habis diamplas. Darah sudah membanjiri meja operasi itu. Terlihat juga tangan para wanita iblis itu penuh dengan air mani bercampur darah Chao Hao.  

Sudah 20 butir lebih obat laknat itu ditelan oleh Chao Hao. Chao Hao sendiri sudah hampir mati dan tak punya tenaga untuk beteriak atau bergerak lagi akibat kombinasi kehabisan darah ditambah dia tidak makan, tidak minum, maupun tidak tidur. 

Fang-Fang: Mei Zu, sepertinya gelas ukur ini sudah penuh. Dia mau kita apakan lagi?

Mei Zu: Hehe... keliatannya kulit tititnya juga udah habis. Fang-Fang, saatnya kamu eksekusi ni cowok pake vagina kamu.

Fang-Fang: Uuuhhh... Akhirnya... Vaginaku udah kelaperan.

Fang-Fang lalu berdiri dan dengan jarinya membuka vaginanya untuk memperlihatkan isi vaginanya pada Chao Hao yang sedang sekarat.

Fang-Fang: Cuma ada beberapa cowok yang cukup malang merasakan liang kenikmatan gua hahaha...

Di dalam vagina Fang-Fang rupanya tertanam gerigi tajam. Gerigi itu ditanam di dalam vagina Fang-Fang melalui operasi. Dengan adanya gerigi itu, cowok yang bersetubuh dengan Fang-Fang dipastikan akan hancur kemaluannya. 

Mei Zu: Cowok... Ajalmu sebentar lagi tiba. Nikmati surga dunia terakhirmu ahahahahaha!!

Mei Zu lalu mendekati Chao Hao dan memaksa mangsanya itu untuk menelan 10 butir obat laknat itu sekaligus.

Mei Zu: Elu bakal perlu banyak obat ini karena vagina temen gua sangat kejam.

Dalam waktu singkat, efek overdosis obat itu membuat kemaluan Chao Hao yang sebelumnya sudah begitu tegang kali ini mulai meluberkan sedikit darah dari ujung penisnya. Jantungnya terasa hampir meledak karena mengalirkan darah secara ekstrim. Chao Hao pun makin menangis dan mengiba pada mereka.

Namun Fang-Fang lalu dengan dingin mulai memanjat badan Chao Hao dan memasukkan penis botak dan berdarah-darah itu ke dalam liang kenikmatannya.

Chao Hao berteriak kesakitan karena perihnya batangnya yang sudah tanpa kulit itu.

Setelah kemaluan Chao Hao tertancap sempurna di vaginanya, Fang-Fang lalu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dan menggenjot Chao Hao.

Chao Hao: HYYYYYYYAHHHH!! ARRRGGGHHH!!

Karena rasa perih yang amat sangat, Chao Hao yang sudah lemas melolong kesakitan begitu Fang-Fang mulai menggenjotnya. Chao Hao merasakan dingin dan tajamnya besi tajam di dalam vagina Fang-Fang mulai menusuk-nusuk batang penisnya yang botak itu.

Setelah semenit menggenjot Chao Hao, Fang-Fang mulai tertawa histeris. Dia pun mulai mengencangkan vaginanya untuk mencacah kemaluan Chao Hao. 

CRATS!!

CRATS!!

CRATS!!

Darah segar dari penis Chao Hao terlihat mengalir dari pertemuan kemaluannya dengan kemaluan Fang-Fang. Dengan sisa energinya, Chao Hao meronta-ronta hebat dan menjerit-jerit kesetanan karena rasa sakit yang seperti neraka. Namun usahanya melepaskan penisnya dari vagina Fang-Fang sia-sia karena cengkraman vagina Fang-Fang yang amat kuat. Kemaluan Chao Hao sedikit demi sedikit dicabik-cabik oleh tajamnya besi duri dalam vagina Fang-Fang ditambah kencangnya otot vagina tersebut.

Fang-Fang tidak memperlambat gerakannya malah makin kesetanan menggenjot Chao Hao sambil otot vaginanya terus meremas-remas penis botak Chao Hao. Duri-duri itu terus mencincang kemaluan Chao Hao sehingga bukan hanya darah segar tapi juga potongan daging dari kemaluan Chao Hao terlihat keluar dari pertemuan kemaluan mereka. Chao Hao terus menjerit hebat karena belum pernah merasakan rasa sakit seperti ini seumur hidupnya.

Melihat penderitaan Chao Hao yang sangat intens, Fang-Fang mulai merasa horny. Dia pun memainkan payudaranya sendiri sambil kepalanya mendongak ke atas. 

Fang-Fang: Ahhhhhh.. Ayo puasin gua sebelum elu mati... Aahhhhh... Ahhhh... Ahhh...

Fang-Fang, sama seperti ketiga teman psikopatnya itu, memiliki kelainan sadisme ekstrim. Fang-Fang merasakan perasaan mirip orgasme ketika vaginanya perlahan menghancurkan penis Chao Hao. Melihat pemandangan itu, ketiga cewek psikopat lainnya juga merasa horny berat dan mulai melakukan seks lesbian sambil menonton Fang-Fang memutilasi penis mangsanya.

Ruangan pengap itu penuh dengan desahan nikmat dan tawa histeris para cewek iblis itu bercampur dengan erangan lemas dan memilukan mangsa mereka. Chao Hao yang sekarat pun akhirnya mati syok dan kehabisan darah di dalam vagina Fang-Fang hanya setelah bersetubuh selama kurang dari 20 menit.

Setelah melihat mangsanya sudah mati, Fang-Fang beranjak dari badan Chao Hao. Ketika Fang-Fang berdiri, dari dalam vaginanya berjatuhan potongan-potongan daging kemaluan Chao Hao. Di sela-sela pertemuan kemaluan mereka juga banyak sekali berserakan potongan daging kemaluan Chao Hao. Kemaluan Chao Hao sendiri tersisa biji pelir dan pangkal dari batang penisnya saja. 

Daging kemaluan Chao Hao itu dikumpulkan oleh Fang-Fang dan dimasukkan ke dalam gelas ukur yang sebelumnya sudah penuh berisi sperma dan darah Chao Hao. Mei Zu pun berhenti melakukan seks lesbian dan langsung mengajak ketiga teman psikopatnya untuk menghabiskan air mani dan darah mangsanya.

Mei Zu: Mangsa kita udah mati. Ayo kita nikmati sisa kejantanan terakhirnya.

Fei dan Aling lalu mengikuti Mei Zu menuju Fang-Fang yang sedang memegang gelas ukur itu.

Mei Zu: Untuk perpisahan, kita akan menghabiskan bersama isi gelas ukur ini. Sperma dan darah cowok ini adalah bukti kita sebagai wanita pemangsa pria sekaligus simbol persaudaraan darah kita.

Tanpa rasa jijik sedikit pun, Mei Zu, Fei Lin, Aling, dan Fang-Fang menghabiskan isi gelas ukur berukuran 500 ml tersebut. Setelah isi gelas ukur itu habis, terlihat mulut para wanita iblis itu belepotan sperma dan darah Chao Hao.

______________________________

Chao Hao adalah mangsa terakhir mereka. Mayatnya hanya ditinggalkan saja oleh mereka di atas meja operasi itu sampai membusuk dan sekarang sudah menjadi tulang. Tak lama setelah mereka membunuh Chao Hao, geng mereka bubar karena Mei Zu bergabung dengan geng bawah tanah China dan Fang-Fang harus pindah ke luar negeri. Setelah berpisah, Fei Lin hanya mengurung diri dengan anjing-anjingnya. Sedangkan Aling masih mencari mangsa pria hidung belang untuk memuaskan nafsu hiper seksnya.

Postingan populer dari blog ini

Disiksa 4 Sekawan (Bagian 3)

Disiksa 4 Sekawan (Bagian 4)

Himari Sang Ratu Kunoichi (Bagian 3)