Di Sarang Kunoichi (Bagian 4)
Juro ditangkap para kunoichi itu karena dia adalah musuh utama para kunoichi itu. Sebagai seorang lelaki yang menjadi musuh bersama para kunoichi itu, dia pun disiksa secara amat brutal oleh para kunoichi penangkapnya.
Juro sendiri adalah seorang pembunuh bayaran negeri seberang yang sudah berhasil menghabisi 10 lebih kunoichi dari klan Himari. Dirinya sudah lama dijadikan target oleh seluruh kunoichi di klan Himari.
____________________________________
Suatu pagi, Juro yang malamnya tertangkap oleh para kunoichi itu diseret dengan posisi terkapar ke hadapan Himari dalam keadaan tanpa busana. Kondisinya sudah amat mengenaskan. Sekujur badannya sudah berlumuran darah dan luka sayat. Kedua kaki Juro sudah putus dari lutut ke bawah dan kedua tangannya juga sudah sudah putus dari sikut ke bawah. Kedua bola matanya sudah dicungkil dan bibirnya ditancapkan beberapa jarum besi besar sehingga membuatnya tidak bisa membuka mulutnya. Kedua gendang telinganya sudah hancur ditusuk neko-te para kunoichi itu. Hidungnya dan beberapa giginya pun sudah patah karena secara brutal dipukuli oleh para kunoichi itu. Hanya kemaluan Juro saja yang masih utuh dan mengacung.
Himari memuji kerja bagus anak buahnya yang telah berhasil memutilasi musuh utama mereka. Himari melihat mangsa pria di depannya ini sudah kehilangan segalanya. Dia pun mendekati Juro yang sekarang ini sedang terkapar di tanah.
Himari pun menendangi dan menginjak sekujur tubuh Juro yang sudah hancur itu. Juro yang sama sekali tak berdaya hanya bisa mengerang-ngerang dari balik mulutnya yang tertutup. Himari pun berkata pada anak buahnya.
Himari: Sebelum dia mati, aku akan memberikannya siksaan seksual khas klan kita.
Himari lalu melepas neko-te-nya. Dia pun berjongkok di depan tubuh Juro dan dengan kasar memompa batang penis Juro. Juro yang sedang sekarat masih dapat merasakan halusnya tangan Himari dan nikmatnya kocokan Himari.
Kurang dari semenit dikocok Himari, air mani Juro sudah terasa berada di ujung, namun hanya beberapa detik sebelum ejakulasi, Himari tiba-tiba menghentikan kocokannya. Dia tahu Juro sebentar lagi ejakulasi karena Himari dapat merasakan aliran sperma Juro dengan tangannya. Juro pun kesetanan karena sudah begitu hornynya.
Setelah menunggu beberapa saat, Himari lalu melanjutkan kocokannya dan berhenti tepat di saat Juro akan muncrat. Himari terus menyiksa Juro dengan cara berhenti mengocok tepat sebelum ejakulasi Juro. Juro pun menjadi begitu kesetanan akibat rasa horny yang tidak tersalurkan. Dia pun mulai mengiba pada Himari walau suaranya tidak jelas karena mulutnya tak bisa dibuka. Himari hanya tersenyum sinis dan terus melanjutkan siksaannya pada Juro. Himari dengan sangat ahli tidak membiarkan setetes pun air mani Juro luber keluar dari ujung penisnya.
Setelah 2 jam melakukan tease-denial pada penis Juro, Himari pun puas menyiksa Juro. Batang penis Juro sudah begitu tegang akibat banyaknya air mani yang berkumpul di ujungnya. Juro sendiri terus menggoyang-goyangkan selangkangannya akibat dari siksaan rasa horny yang begitu intens.
Himari lalu berkata pada para kunoichi lainnya.
Himari: Siksa dia dengan membuatnya terus berada di ujung ejakulasi seperti tadi. Jangan sampai bangsat ini ejakulasi setetes pun air maninya. Kalian juga boleh memutilasi pria ini sepuasnya hari ini. Tapi jangan membunuhnya. Bawa dia ke sini lagi untuk kubunuh.
______________________________
Besoknya...
Juro dibawa lagi ke hadapan Himari. Kali ini kondisi Juro sudah sekarat mendekati ajal. Selama sehari penuh, para kunoichi itu menyiksa Juro dengan berbagai cara. Sekarang seluruh giginya sudah ompong dan lidahnya sudah putus. Kedua pentilnya sudah hilang. Sekujur badannya sudah begitu banyak luka sayatan dan tusukan. Di bagian kemaluannya batang penisnya sudah disayat-sayat dengan begitu brutal sampai hanya terlihat daging saja. Biji pelirnya sudah hancur diinjak-injak dan ditendangi oleh mereka. Bahkan bulu jembutnya sudah botak karena dicabuti satu per satu oleh mereka. Namun batang penis Juro masih mengacung tegak karena para kunoichi itu tahu ratu mereka akan bercinta dengan mangsanya sebelum membunuhnya.
Selama disiksa, batang penis Juro dengan ahli dikocok dan disepong oleh para wanita iblis tersebut. Beberapa dari mereka bahkan bercinta dengan Juro sambil Juro sedang dimutilasi oleh kunoichi lainnya. Sesuai instruksi Himari, mereka pun tidak membiarkan setetes pun air mani Juro keluar.
Himari melihat kondisi mangsanya yang sudah hampir tak berbentuk. Hanya terlihat darah membanjiri sekujur tubuh Juro. Di bagian bawah, Himari melihat batang penis Juro berdenyut-denyut akibat terus dipaksa berada di ujung ejakulasi oleh anak buahnya.
Himari pun tersenyum sadis melihat pemandangan di depannya. Dia akan menghabisi Juro sambil bersetubuh dengannya. Himari lalu berjalan mendekati Juro sambil dia melepas seluruh pakaiannya. Tetapi Himari masih memakai neko-te-nya.
Himari lalu memanjat badan Juro dan memasukkan batang penis Juro yang mengacung itu ke dalam vaginanya. Juro yang sudah hampir mati merasakan perih yang luar biasa ketika merasakan vagina sempit ratu kunoichi itu mencengkram penisnya yang sudah berdarah-darah itu. Himari pun mulai mengencangkan otot vaginanya dan mulai menggenjot Juro sambil ditonton para kunoichi lainnya.
Namun hanya beberapa detik kemudian...
CRATS!!
Himari mendadak menusukkan neko-te-nya ke perut Juro sampai tembus ke ususnya. Darah pun muncrat keluar dan membuat Juro meronta-ronta merasakan rasa sakit yang begitu dahsyat. Melihat korbannya meronta, Himari semakin liar menggenjot Juro sambil neko-te-nya terus menusuk dan menyayat berbagai area tubuh dan wajah Juro. Hampir tidak ada bagian tubuh Juro yang luput dari tusukan dan sayatan ratu kunoichi itu.
Namun Himari sengaja menghindari daerah vital Juro untuk menyiksanya lebih lama. Darah Juro amat banyak muncrat bercucuran dari luka-lukanya dan mulai membanjiri tanah tempat mereka bercinta. Di kepala Juro sudah tidak ada kenikmatan bersetubuh sama sekali. Dia hanya ingin mati saja karena rasa sakit yang di luar batas.
Melihat begitu banyaknya darah Juro yang muncrat, Himari pun makin terangsang dan mulai mendesah-desah keenakan. Beberapa dari para kunoichi anak buah Himari juga mulai bermasturbasi melihat pemandangan ratu mereka yang bersetubuh sekaligus menghabisi mangsanya.
Karena Himari begitu terangsang, hanya sekitar semenit saja menggenjot sambil mencabik-cabik mangsanya, Himari pun orgasme. Payudaranya dan vaginanya mengencang. Kepalanya mendongak ke atas.
Himari: UUUUAAAAHHH!! AHHHHH!! AAAAHHHH!!
Himari menjerit keenakan merasakan orgasme yang begitu intens. Bersamaan dengan muncratnya cairan kewanitaan Himari, dia menancapkan neko-te-nya tepat ke jantung Juro. Darah pun muncrat seperti air mancur dari lubang bekas tusukan Himari. Juro langsung kejang-kejang hebat dan tak berapa lama kemudian dia pun mati.
Namun walau mangsanya sudah mati, Himari tidak melepaskan vaginanya dari penis Juro. Dengan neko-te-nya masih menancap di dada Juro, Himari terus menggenjot dan menggoyang-goyangkan pinggulnya untuk mencari kenikmatan terakhir dari batang penis Juro.
Akhirnya beberapa menit kemudian, kemaluan Juro yang masih tegang karena belum ejakulasi perlahan mengkerut sendiri di dalam vagina Himari. Setelah kemaluan Juro lepas dari vaginanya, barulah Himari selesai memperkosa Juro. Dia lalu mencabut neko-te-nya dari dada Juro. Terlihat begitu banyak darah bercucuran dari ujung neko-te tersebut yang kemudian dijilatinya. Himari pun akhirnya bangun dari tubuh Juro dan memakai kembali pakaiannya. Dia menyerahkan mayat Juro untuk diurus oleh anak buahnya.
Seluruh tubuh Juro dan wajahnya sekarang sudah penuh dengan luka tusuk dan sayatan sampai dirinya tak bisa dikenali lagi. Mayat Juro pun dibuang begitu saja oleh para kunoichi itu ke tengah hutan untuk dimakan oleh binatang-binatang liar di sana. Sekarang para kunoichi itu sudah merasa aman setelah pembunuh mereka mati.